Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat yang diluncurkan Badan Antariksa Eropa (ESA), Philae telah siap untuk melakukan penjelajahan dan perjalanan yang lebih panjang.
Pesawat Philae telah diluncurkan oleh ESA sejak Maret 2004 lalu. Setelah tidur panjangnya di ruang angkasa hingga Januari 2014, Philae kembali diaktifkan untuk melakukan misi penelitian.
Pesawat ini dikabarkan telah siap mendarat pada salah satu komet untuk mempelajari lebih dalam mengenai material, dan struktur benda ruang angkasa serta membawa contoh batuan ke Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendaratan ini akan dilakukan setelah sekitar dua bulan pesawat ini mempelajari komet dari jarak jauh. Izin pendaratan ini telah diberikan dan dikonfirmasi oleh ESA sejak 12 November lalu.
Pesawat tanpa awak ini akan mendarat pada sebuah titik yang dinamakan ‘Site J’. Lokasi pendaratan ini terletak di batuan yang lebih kecil dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Kondisi permukaan komet yang tidak rata akan menjadi kendala besar yang dihadapi.
ESA telah mengkonfirmasi kesiapan Site J yang komprehensif pada 14 Oktober lalu, sesuai seperti yang dijadwalkan.
Keputusan sinyal 'Go' bagi Site J harus ditetapkan pada 11 November mendatang, sehari sebelum misi ini dijalankan yaitu pada 12 November.
"Kami semakin mendekati tujuan awal misi ini. Kami bersemangat walaupun ini penuh resiko. Masih ada beberapa hal penting yang harus diselesaikan sebelum kami berikan sinyal 'Go'," ujar Fred Jansen selaku pengelola misi Rosetta ESA.
Sebelumnya ESA berhasil menerbangkan pesawat ruang angkasa Philae di orbit komet 67P/C-G pada 6 Agustus 2014 lalu. Misi Rosetta ingin melanjutkan perjalanan pesawat Philae hingga mendarat di permukaan komet pada 12 November 2014.
Philae membutuhkan waktu 10 tahun dalam perjalanan menuju komet 67P/C-G dan sempat melewati dua asteroid, yaitu 2867 Steins pada 2008 dan 21 Lutetia pada 2010.
Misi Rosetta memang sedang menjadi sorotan ESA. Berhasil atau tidaknya misi ini ditentukan sejak awal pendaratan pesawat di atas permukaan komet. Dikutip dari
Mashable, Fred Jansen, Kepala Misi Rosetta mengatakan jika ada satu hal kecil saja yang tidak sesuai, maka ESA harus membatalkan misi ini.
Meskipun ESA telah memberikan izin, keputusan untuk melakukan pendaratan pada permukaan komet ini masih memperhitungkan beberapa hal.
Untuk melakukan pendaratan, pesawat harus dipastikan berada pada lintasan yang tepat. Selain itu, pengendali pesawat juga harus berada pada kondisi yang siap untuk melakukan manuver dan menempatkan pesawat pada koordinat yang tepat.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara di dunia berlomba untuk meneliti benda-benda di ruang angkasa. Belum lama ini, Maven, pesawat tanpa awak yang diluncurkan NASA telah berada pada orbit sebuah planet kecil untuk melakukan penelitian.