TEKNOLOGI KACAMATA

Pemandangan Virtual Jaga Mental Astronot

CNN Indonesia
Rabu, 22 Okt 2014 17:50 WIB
Perangkat kacamata realitas virtual Oculus Rift dimanfaatkan untuk menghibur astronot dengan pemandangan virtual yang hanya tersedia di Bumi.
Seorang astronot akan berada dalam waktu lama di pesawat antariksa dan mereka perlu diberi hiburan berupa pemandangan virtual yang hanya ada di bumi (Getty Images/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tuntutan pekerjaan seorang astronot untuk menghabiskan waktu di ruang angkasa menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi kesehatan psikologis. Perangkat kacamata realitas virtual dari Oculus Rift dimanfaatkan untuk menghibur astronot dengan pemandangan virtual yang hanya tersedia di Bumi.

Oculus Rift yang dipakai seperti kacamata selam ini, ditanamkan peranti lunak Virtual Space Station yang menyuguhkan pemandangan pantai, lengkap dengan suara ombak, sensasi angin sepoi-sepoi, serta aroma laut. Tapi, perlu dicatat itu semua adalah virtual.

"Apapun akan kami lakukan demi 'mengelabui' otak agar merasakan sensasi di tempat yang berbeda," ujar seorang ilmuwan komputer Dartmouth University Lorie Loeb kepada Live Science.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian peranti canggih macam ini sudah dilakukan di banyak tempat selama lebih dari satu dekade. Proses pengembangan Oculus Rift kali ini sangat menitikberatkan pada rancangan program terapi mental berbasis komputer untuk para astronot.

Misi panjang yang dijalankan oleh astronot memiliki tendensi yang sangat besar untuk menciptakan kondisi rindu rumah. "Saat Anda memakai Oculus Rift, Anda seakan terbawa oleh pemandangan apapun yang sedang anda lihat," seru Loeb.

Menjaga kesehatan mental

Seorang psikolog Harvard University bernama James Cartreine, menyampaikan, salah satu risiko besar yang dihadapi astronot adalah depresi serta konflik dengan mitra awak lainnya.

Hal tersebut dapat berasal dari keadaan dimana para astronot 'terisolasi' selama menjalankan misi antariksa.

Virtual Space Station tengah diuji coba oleh para peneliti pada simulasi misi Hawaii Space Exploration Analog and Simulation (HI-SEAS) yang dimulai sejak 15 Oktober lalu. Enam orang akan menghabiskan waktu selama delapan bulan tinggal di puncak gunung Hawaii. Sementara percobaan lainnya akan berlokasi di Antartika.

Awak dari simulasi misi ini diperbolehkan mengakses program terapi virtual dari laptop mereka.

Menurut Cartreine, orang-orang lebih rela membuka komputer ketimbang pergi ke terapis. Ia juga berharap sistem Virtual Space Station agar dirancang untuk konsumsi masyarakat umum agar dapat digunakan di tiap perangkat komputer.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER