Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia menjadi pasar empuk bagi produsen ponsel pintar. Menurut data lembaga riset GfK, pertumbuhan volume penjualan ponsel pintar di Indonesia selama 12 bulan terakhir hingga Agustus 2014 mencapai 70 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Setelah Indonesia, pertumbuhan volume penjualan ponsel pintar terbesar kedua ditempati oleh Vietnam sebesar 56 persen dan Thailand 44 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Secara keseluruhan, total penjualan ponsel pintar di tujuh negara utama Asia Tenggara hampir mencapai 120 juta unit hingga Agustus 2014. Tujuh negara itu adalah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Kamboja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka tersebut mencerminkan lonjakan penjualan ponsel pintar (termasuk phablet) sebesar 44 persen dalam volume dan 24 persen dalam nilai dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Account Director for Digital World GfK Asia, Gerard Tan, negara-negara berkembang menjadi pemicu utama lonjakan karena banyak pengguna mulai beralih dari ponsel fitur ke ponsel pintar.
Hal ini juga dipicu oleh ponsel pintar harga murah dari Tiongkok yang mampu mengambil persaingan ke tingkat yang lebih intens di pasar negara berkembang.
“Meskipun merek internasional mendominasi pasar ponsel pintar di kawasan itu, tetapi merek Tiongkok mendapat sambutan yang signifikan. Merek internasional utama telah kehilangan pasar karena merek Tiongkok menawarkan biaya yang lebih murah, termasuk phablet di kisaran US$ 50 hingga US$ 200,” ujar Tan.
GfK mencatat, saat ini ada 345 merek ponsel pintar asal Tiongkok di seluruh Asia Tenggara yang menawarkan harga rata-rata US$ 159 atau 58 persen lebih rendah dari merek ponsel pintar internasional yang jika dirata-rata mencapai US$ 253.
Indonesia merupakan satu-satunya pasar di mana merek lokal terus tumbuh dan populer, mengumpulkan pangsa 16 persen dalam volume dan 7 persen dalam nilai hingga Agustus 2014.
Sementara itu, merek ponsel pintar dari Tiongkok yang terjual di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, mengambil pangsa 10 persen dari total pasar.