Jakarta, CNN Indonesia -- Koneksi internet
lemot kerap dikeluhkan para pengguna di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu masalah pokok yang akan diselesaikan Menteri Komunikasi dan Informatika baru, Rudiantara.
Berdasarkan catatan perusahaan penyedia jaringan, Akamai, rata-rata kecepatan internet di Indonesia itu sekitar 2,5 Mbps pada kuartal kedua 2014. Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat 101 soal kecepatan internet di Asia Pasifik.
Hal ini menjadi sorotan Rudiantara, sesaat setelah dilantik ia mengatakan bakal membenahi semua masalah internet di Indonesia, salah satunya soal kecepatan dan jangkauan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Banyak yang mendesak,
bandwidth. Yang kalian komplain kan masalah
bandwidth. Lemot banget,” kata Rudiantara, saat ditemui
CNN Indonesia di Istana Negara, Senin (27/10).
Selain Akamai, Household Download Index juga mencatat bahwa internet di Indonesia jauh tertinggal dari negara lain. Pada April lalu, Household Download Index yang menyediakan layanan Speedtest.net mencatat bahwa koneksi internet Indonesia berada pada peringkat ketiga terlambat di Asia Tenggara.
Korea Selatan menjadi negara dengan akses internet super cepat. Bahkan di sana sudah ada penyedia layanan internet yang mampu menyediakan
bandwidth hingga 10 Gbps (Gigabit per detik). Dengan kecepatan itu, sebuah file dengan ukuran 1 GB dapat diunduh hanya dengan waktu 0,8 detik, atau sekitar dua kali kedipan mata.
"Kita ya nggak harus kayak Korea
lah, tapi mendekati negara-negara tetangga," ujar Rudiantara.
Selain soal lambatnya koneksi, jangkauan internet Indonesia juga akan menjadi masalah pokok yang bakal dihadapi Rudiantara. Catatan terakhir Kemenkominfo menyebutkan bahwa, sekitar 70 persen pengguna seluler masih berada di jaringan 2G atau EDGE. Hanya 30 persen pengguna yang memakai jaringan 3G.
Untuk memicu pembangunan teknologi, pemerintah sebelumnya melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mewariskan Rencana Pitalebar Indonesia (RBI) 2014 hingga 2019. Tujuan utamanya mengikis kesenjangan konektivitas dan menyediakan akses internet hingga ke Sekolah Dasar.
Dalam lima tahun ke depan, pembangunan pitalebar nasional direncanakan dapat memberi akses tetap di wilayah perkotaan ke 70 persen rumah tangga (20 Mbps) dan 30 persen populasi, serta akses seluler ke seluruh populasi (1 Mbps).
Di pedesaan, akses pitalebar diharapkan menjangkau 49 persen rumah tangga (10 Mbps) dan 6 persen populasi, serta akses seluler ke 52 persen populasi (1 Mbps).