Jakarta, CNN Indonesia -- Media sosial Twitter mengumumkan kerja sama dengan kelompok advokasi nonprofit Women, Action, and the Media (WAM!) untuk berantas pelecehan online terhadap perempuan pada pekan lalu.
Berdasarkan survei Pew Research Internet Project, sekitar 25 persen perempuan usia 18 sampai 24 tahun pernah mengalami pelecehan seksual secara
online dan 26 persen pernah diawasi secara
online.WAM! akan berupaya meningkatkan laporan yang valid dan memantau respon-respon Twitter terkait perbedaan pelecehan gender. Sementara itu, survei menunjukan sekitar 13 persen laki-laki usia 18 sampai 24 tahun pernah mengalami pelecehan seksual dan 7 persennya diawasi secara
online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WAM! akan menganalisis data yang terkumpul dan menggunakannya untuk bekerja dengan Twitter agar semakin memahami motivasi pelecehan gender di platform Twitter sendiri dan memperbaiki respon mereka.
Para pengguna Twitter kini bisa melaporkan pelecehan yang mereka alami secara rinci melalui sebuah formulir "WAM Twitter Harassment Reporting Tool" yang sampai saat ini baru tersedia di situs resmi WAM!.
Di dalam formulir, selain pertanyaan seputar frekuensi pelecehan di Twitter, terdapat pilihan mengenai kategori pelecehan yang hendak dilaporkan oleh si pengguna, diantaranya peniruan, ancaman keras, publikasi informasi palsu, fotografi porno, omongan berbau rasis seksual, dan pelecehan melalui telepon dan metode
offline lain.
Executive Director WAM! Jaclyn Friedman mengatakan bahwa timnya merasa senang dapat bekerja dengan Twitter agar menjadi
platform yang lebih aman untuk para perempuan.
Ia juga menuturkan, "Sasaran yang tidak proporsional secara
online terhadap perempuan menghilangkan suara mereka dari percakapan publik. Kami senang Twitter mengakui cara terbaik untuk memastikan percakapan bebas yang sama rata ke dalam
platform-nya adalah dengan menjamin kebebasan untuk bicara tanpa menjadi sasaran pelecehan."