Jakarta, CNN Indonesia -- Brittany Wenger, seorang remaja berusia 19 tahun, menemukan dan terus mengembangkan sebuah program komputer yang dapat mendeteksi kanker payudara.
'Otak buatan' yang ia buat dengan program komputer yang disebut dengan
neural network (jaringan saraf) ini dapat mengidentifikasi data dan pola yang kompleks serta dapat mendeteksi kanker payudara dengan tingkat akurasi hingga 99 persen.
Selain untuk mendeteksi keberadaan kanker pada manusia, otak buatan yang berupa aplikasi dengan nama Cloud4Cancer memungkinkan para dokter untuk memasukan data yang mereka miliki sebagai bahan penelitian untuk pengobatan penyakit ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika saya ada di kelas 7, saya memutuskan untuk menulis dan meneliti kecerdasan buatan dalam pengetahuan manusia. Saya terinspirasi dan kemudian belajar melakukan pemrograman sendiri," ujar Wenger seperti dikutip dari Huffington Post.
Wenger menghabiskan waktu lima tahun untuk mengetahui cara kerja jaringan saraf, dimulai dengan satu tahun penelitian yang berupaya mengenali pola dan menghubungkan kanker payudara dengan kecerdasan buatan.
Bukan hal yang baru untuk Brittany Wenger dalam berinovasi untuk mengatasi dan mencegah penyebaran penyakit kanker pada manusia. Dua tahun lalu, ia membawa pulang medali emas yang mencatatkan namanya sebagai salah seorang remaja yang mengubah dunia dalam Time 30 Under 30.
Wenger mengaku memelajari bahasa pemrograman secara otodidak. Dalam pengembangan otak buatan pendeteksi kanker payudara ini, ia menyusun kode dan data yang tersedia dalam domain publik.
"Saya gagal dalam dua proyek sebelumnya, dan akhirnya berhasil pada usaha ketiga saya. Membuat semua yang tidak bekerja menjadi aktif sepenuhnya untuk mengoptimalkan kode dan membantu membangun aplikasi Cloud4Cancer," ujarnya.
Ia menuturkan, ketika mengetahui sebuah hasil survei yang mengatakan bahwa satu dari delapan perempuan di dunia didiagnosis menderita kanker payudara, semangatnya untuk membuat sebuah alat yang dapat mendeteksi penyakit ini mulai muncul. Hasilnya, alat ini baru saja dipamerkan di Google Science Fair dan mendapat hadiah utama.
"Ketika saya berusia 15 tahun, sepupu saya didiagnosis menderita kanker payudara. Saya melihat dampak langsung penyakit ini pada keluarganya," lanjut Wenger.
Wenger menambahkan, ke depannya, "otak buatan" ini akan terus dikembangkan agar dapat digunakan untuk menemukan obat dan mendiagnosis jenis kanker lainnya, termasuk kanker pada darah seperti leukimia.