Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan telekomunikasi Bakrie Telecom (Esia) dan Smartfren Telecom (Smartfren) resmi menjalin kerja sama penyelenggaraan jaringan pada akhir Oktober lalu. Namun, keduanya belum tentu melakukan merger.
Direktur Jaringan Smartfren Mirza Fachys mengatakan, kedua perusahaan akan tetap berjalan sendiri-sendiri dan keduanya tetap terdaftar sebagai perusahaan publik.
"Kerja sama ini tidak meleburkan badan usaha. Untuk menentukan merger yang benar-benar bulat, sampai hari ini kita belum menemukan kesimpulan," ujar Merza saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal ini, Smartfren akan menjadi penyedia jaringan dan jasa, sementara Esia jadi penyedia jasa. Kerja sama ini disebut Mirza telah dimulai secara bertahap.
"Selama Bakrie Telecom masih mau hidup, jaringan kami siap melayani," lanjutnya.
Esia juga berencana mengalihkan sumber daya frekuensinya seluas 5 MHz kepada Smartfren di spektrum 850 MHz. Smartfren juga memiliki luas frekuensi yang sama di spektrum tersebut. Sehingga, jika digabungkan, maka kedua operator ini memiliki luas 10 MHz di spektrum 850 MHz.
Kementererian Komunikasi dan Informatika bakal memberi izin pengalihan frekuensi ini jika kedua operator itu memenuhi kewajiban membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi tahun ini yang jatuh tempo pada 15 Desember 2014.
Spektrum 850 MHz milik Smartfren bisa dimanfaatkan untuk menggelar jaringan internet 4G LTE karena pemerintah telah memberi izin teknologi netral di sana. Teknologi netral memungkinkan operator telekomunikasi menggelar dua jaringan dalam satu rentang spektrum, misalnya 2G dan 4G yang berjalan bersama di 850 MHz.