Jakarta, CNN Indonesia -- Merek ponsel lokal Asiafone mengaku menghabisakan setidaknya Rp 100 miliar untuk membuat pabrik yang terletak di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
Pabrik Asiafone memang bukan pabrik pembuat ponsel, melainkan hanya sebatas merakit berbagai komponen yang didatangkan secara impor. Keputusan ini memang tak sepenuhnya menguntungkan, karena risiko pajak yang lebih besar ketimbang mendatangkan ponsel secara utuh.
"Kita akui proses assembling (perakitan) itu lebih mahal dari pada impor langsung dalam bentuk ponsel. Karena pajak yang dikenakan memang cukup besar," kata Herman Zhou, President Director Asiafone Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pun begitu tak selamanya kondisi tersebut akan sama. Herman menilai, langkah membuat pabrik di Indonesia akan menguntungkan dalam Asiafone dalam beberapa tahun ke depan.
“Kalo ke depan pajak Bea Material (BM) bisa ke nol, biaya produksi bisa jauh lebih rendah dan penjualan unit lebih murah," lanjutnya.
Herman menambahkan bahwa komponen yang nantinya dirakit dalam pabrik ini 100 persen berasal dari Tiongkok. Tapi ada beberapa aksesoris yang dapat dibeli di Indonesia sehingga lebih menekan biaya produksi.
Meskipun demikian, Herman optimistis pembangunan pabrik ini akan menjadi salah satu faktor berkembangnya Asiafone di industri ponsel Indonesia.
Pabrik Asiafone yang terletak di kawasan Pluit telah beroperasi sejak Desember 2014. Pembangunan pabrik di atas tanah seluas 3.500 meter persegi ini memakan biaya hingga Rp 100 miliar dan waktu kurang lebih satu tahun.
Dengan berdirinya pabrik ini, Asiafone berharap dapat mendukung berkembangnya ekosistem industri nasional dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.
(eno)