Jakarta, CNN Indonesia -- Google dituding Wikileaks telah membocorkan data informasi karyawannya kepada pemerintah Amerika Serikat. Hal ini dilakukan lebih dari 2,5 tahun lalu.
Kantor berita
Reuters mewartakan, di dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Google, pengacara WikiLeaks, Michael Ratner mengatakan bahwa pihak 'tercengang dan terganggu' oleh tindakan Google.
"Meski sudah terlambat bagi klien kami, mereka masih berhak menuntut tindakan Google dan juga mendapat penjelasan mengapa Google menunggu lebih dari dua setengah tahun untuk mengabarkan ini," sepenggal isi surat dari Pusat Hak Konstitusional sebagai perwakilan WikiLeaks yang ditujukan kepada Pemimpin Eksekutif Google, Eric Schmidt dan pengacara Kent Walker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah lama bungkam, Google akhirnya membicarakan pemberian data tersebut kepada tiga karyawan WikiLeaks pada 23 Desember 2014. Data yang dibocorkan termasuk konten e-mail, informasi pembayaran online, metadata, dan konten lainnya telah diserahkan ke aparat penegak hukum AS.
Tiga karyawan tersebut adalah Kristin Hraffnsson, Joseph Farrell, dan Sarah Harrison.
Harrison kepada media The Guardian sempat mengatakan bahwa dirinya merasa tersiksa karena pemerintah bisa mengakses e-mail pribadinya.
"Sadar bahwa FBI bisa membaca kata-kata yang saya tulis untuk menghibur ibu saya mengenai kematian di dalam keluarga, saya merasa sakit," ujarnya.
Sementara itu Google mengatakan pada Senin (26/1) lalu, perusahaannya memiliki kebijakan sendiri mengenai penyebaran informasi penggunanya -- termasuk perihal permintaan dari pemerintah -- kecuali pada kasus terbatas seperti perintah pengadilan, yang diakui Google sendiri sifatnya sangat sering.
Google sendiri mencatat, pihaknya telah didorong untuk membuka segel semua dokumen terkait dengan penyelidikan ini.
(eno/eno)