Petinggi Google Kecewa dengan Google Glass

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Sabtu, 31 Jan 2015 11:49 WIB
Dihentikannya program Glass Explorer pada 19 Januari lalu bukan tanpa alasan, program itu memang dinilai tidak belum punya masa depan yang cerah.
Kacamata pintar Google Glass (Reuters/Adrees Latif)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dihentikannya program Glass Explorer pada 19 Januari lalu bukan tanpa alasan, program itu memang dinilai tidak belum punya masa depan yang cerah.

Walau laporan keuangan kuartal empat 2014 lalu menunjukan peningkatan mengagumkan, Chief Financial Officer Google, Patrick Pichette mengaku tidak terlalu optimis mengenai masa depan kacamata pintar Google Glass.

"Saat semua tim tidak mampu atasi rintangan namun merasa masih banyak harapan, kami meminta mereka untuk berhenti sejenak untuk istirahat dan mengatur ulang strategi. Dalam hal ini contohnya adalah persoalan Glass," ujar Pichette, mengutip laporan TechCrunch.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

I
a juga menambahkan, saat berbagai proyek tidak memiliki pengaruh seperti yang diharapkan, pihak Google langsung langsung ambil tindakan -- bisa saja dengan memutuskan untuk batalkan proyek tersebut.

"Anda sudah melihat kami telah lakukan hal ini beberapa kali," sambung Pichette.

Google menghentikan program Glass Explorer pada 19 Januari lalu, sebuah program yang memberi kesempatan untuk para pengembang aplikasi dan konsumen terpilih untuk membeli kacamata seharga US$ 1.500 itu.

Program Explorer diluncurkan di Amerika Serikat pada 2013, lalu diperluas ke Inggris pada 2014. Walau begitu, Google masih mendorong para pengembang untuk tetap berkreasi.

Google baru saja mengumumkan keuntungan yang berhasil diraih senilai US$ 18,1 miliar pada kuartal terakhir 2014, meningkat dari kuartal yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai angka US$ 16,86 miliar. Hal ini membuat Google mendapatkan kenaikan laba bersih hingga 40 persen dari tahun lalu.

(eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER