Jakarta, CNN Indonesia -- Dokumen dari mantan kontraktor Otoritas Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden mengungkapkan bahwa aparat intelijen CIA telah mencoba meretas sistem keamanan yang melindungi produk iPhone dan iPad produksi Apple (AAPL.O) selama hampir satu dekade terakhir.
Dilaporkan situs berita investigasi, The Intercept, pada Selasa (10/3), dokumen rahasia AS menyebutkan para peneliti CIA menciptakan Xcode, sebuah alat pengembangan aplikasi perangkat lunak Apple, yang dapat menciptakan sistem pengawasan tak terlacak ke dalam sejumlah program yang didistribusikan di Apple App Store.
Situs The Intercept kerap menerbitkan sejumlah laporan dari dokumen yang dirilis oleh Snowden. Salah satu editor situs tersebut adalah Glenn Greenwald, seorang pengacara dan jurnalis asal Amerika Serikat yang pernah diganjar penghargaan Pulitzer untuk upayanya melaporkan dokumen Snowden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Editor situs The Intercept lainnya adalah Laura Poitras, pembuat film dokumenter tentang Snowden berjudul Citizenfour. Film tersebut menerima piala Oscar tahun 2015 sebagai film dokumenter terbaik.
Meskipun demikian, dokumen Snowden yang mencakup informasi intelijen untuk periode 2006 hingga 2013 tersebut tidak memberikan bukti apakah para peneliti intelijen AS berhasil memecahkan sistem pengamanan Apple dan meretas data komunikasi para penggunanya.
Upaya peneliti intelijen AS untuk meretasan produk Apple dimulai pada awal 2006, satu tahun sebelum Apple memperkenalkan iPhone pertama. Upaya ini terus dilakukan ketika Apple meluncurkan iPad pertama kali pada 2010 dan seterusnya.
Meretas sistem keamanan Apple merupakan bagian dari program rahasia oleh pemerintah AS, yang dibantu oleh para peneliti intelijen Inggris, agar dapat meretas "produk komunikasi yang aman, baik di luar maupun dalam negeri" termasuk ponsel Android yang diciptakan Google.
Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan teknologi Silicon Valley berusaha mengembalikan kepercayaan konsumen di seluruh dunia bahwa produk mereka tidak menjadi alat pengawasan pemerintah yang ditengarai semakin meluas.
September lalu, Apple memperkuat metode enkripsi untuk data yang tersimpan di iPhone. Apple mengklaim dengan perubahan tersebut, perusahaan tidak lagi memiliki cara untuk mengekstrak data pelanggan pada perangkat, bahkan jika diharuskan pemerintah dengan surat perintah pengawasan.
Tak lama setelah itu, rival Silicon Valley, Google Inc (GOOGL.O) menyatakan berencana untuk meningkatkan penggunaan perangkat enkripsi yang lebih kuat.
Kedua perusahaan tersebut menyatakan bahwa langkah itu ditujukan untuk melindungi privasi para konsumen. Langkah ini juga merupakan respon terhadap peretasan yang dilakukan pemerintah AS pada pengguna internet yang diungkapkan Snowden tahun 2013 lalu.
Meskipun demikian, laporan ini belum dikonfirmasi oleh Apple. Juru bicara Apple menolak berkomentar lebih lanjut tentang hal ini.
"Saya ingin menjelaskan bahwa kami belum pernah bekerja sama dengan instansi pemerintah dari negara manapun untuk membuat backdoor pada salah satu produk atau layanan kami," bunyi pernyataan resmi tentang privasi dan keamanan dari CEO Apple, Tim Cook yang dipublikasikan tahun lalu, dikutip dari Reuters, Selasa (10/3).
"Kami juga tidak pernah, dan tak akan pernah, mengizinkan akses ke server kami," tulis Cook.
Sementara, sejumlah pemimpin negara, termasuk Presiden AS, Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris, David Cameron menyatakan bahwa mengubah perangkat privasi menjadi produk massal dapat mencegah kinerja pemerintah untuk melacak anggota militan yang merencanakan serangan.
Terkait laporan ini, CIA juga belum memberi komentar.
(ama)