Pemutar DVD Portabel, Jendela Dunia Warga Korea Utara

Aditya Panji | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Mar 2015 10:10 WIB
Beberapa warga menyebutnya Notel, tetapi ada juga yang menyebut Notetel. Ini merupakan penggabungan dari kata "notebook" dan "televisi".
Alat pemutar DVD portabel menjadi perangkat yang diminati warga Korea Utara untuk menonton konten drama, memutar musik, hingga menonton siaran berita dari luar negeri. (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah alat pemutar DVD portabel seharga US$ 50 telah menjadi "jendela dunia" bagi warga Korea Utara yang selama ini diisolasi oleh pemerintah setempat.

Setengah dari seluruh kepala keluarga perkotaan di Korea Utara dilaporkan telah memiliki dan menyembunyikan perangkat yang disebut "Notel" ini. Bukan hanya untuk menonton video dari kepingan DVD, tetapi perangkat ini juga dapat memutar konten yang disimpan di stik USB yang dapat diselundupkan ke negara itu dari tangan ke tangan.

Kantor berita Reuters mengutip pernyataan para pembelot negara, bahwa warga di Korea Utara telah bertukar konten program televisi, musik pop, film Hollywood bahkan program berita, di mana semua itu dilarang oleh rezim Pyongyang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa warga menyebutnya Notel, tetapi ada juga yang menyebut Notetel. Ini merupakan penggabungan dari kata "notebook" dan "televisi".

Baca juga: Sudah Empat Tahun AS Sadap Internet Korea Utara

Notel berasal dari Tiongkok yang diimpor secara resmi atau diselundupkan. Di Korea Utara, ia bisa ditemui di pasar atau pertokoan.

Notel membutuhkan daya listrik rendah, berbeda dengan pemutar DVD portabel di akhir 1990-an. Ia menyediakan lubang untuk stik USB, kartu memori SD, serta bisa menjalankan siaran radio juga televisi.

Uniknya, mereka bisa mengisi daya baterai Notel dengan aki mobil, sebuah peralatan penting dalam rumah tangga di Korea Utara.

Perangkat ini mulai populer di Korea Utara tahun 2014 lalu. Reuters melaporkan bahwa bakal ada aturan baru yang mewajibkan warga mendaftarkan Notel mereka untuk memungkinkan pihak berwenang memantau siapa yang paling sering menonton konten terlarang.

Lee Seok-young, seorang pembelot Korea Utara, berkata ia menyelundupkan 18.000 Notel buatan Tiongkok pada 2014. Ia memesan dari sebuah pabrik di Guangzhou yang masih memproduksi alat itu semata untuk memenuhi permintaan pasar Korea Utara.

Di Tiongkok, perangkat ini telah kehilangan popularitas sejak lama, tetapi masih laku di provinsi yang berbatasan dengan Korea Utara, menurut data situs belanja online Taobao asal Tiongkok.

Sokeel Park dari Liberty in North Korea, sebuah organisasi yang bekerja dengan para pembelot, mengatakan bahwa semua konten yang bisa ditonton dengan Notel telah melawan ideologi nasional dan bisa jadi masalah besar lantaran menyaingi propaganda pemerintah.

"Jika Pyongyang gagal beradaptasi dengan tren ini, konten ini bisa mengancam kelangsungan hidup jangka panjang dari rezim itu sendiri," ujar Sokeel.

Drama Korea Selatan

Lee mengatakan banyak warga yang menonton video drama Korea Selatan dengan perangkat ini. Untuk menghindari penangkapan, banyak warga yang memutar DVD Korea Utara sambil menonton drama Korea Selatan dari stik USB yang dapat dicabut dengan mudah. "Jika pihak berwenang memeriksa Notel untuk melihat konten apa yang ditonton warga, mereka bisa lihat sebuah film Korea Utara sedang ditonton," jelasnya.

Korea Utara belakangan ini disebut lebih terbuka ketimbang dahulu, yang ditandai dengan toleransi kewirausahaan dan negara mulai melunak terhadap aturan ekonomi yang keras selama bertahun-tahun. Konsumsi di negara itu juga mulai meningkat.

Baca juga: Korea Utara Sebut Presiden Obama "Monyet"

Seorang warga asing yang jadi pengunjung tetap ke Pyongyang mengatakan, upaya warga Korea Utara dalam menghabiskan uang kini benar-benar meningkat. "Orang-orang tampak jauh lebih percaya diri menghabiskan uang tunai daripada mereka dulu. Misalnya, saya telah melihat orang menghabiskan US$ 500 untuk bertelepon tanpa ragu-ragu," ujarnya.

Korea Utara tidak memiliki akses Internet atau orang yang bisa online dibatasi dengan akses Intranet yang dikelola negara. Sementara 2,5 juta pelanggan telepon seluler di negara itu tidak diizinkan melakukan panggilan telepon ke luar negeri.

Pendapatan warga Korea Utara disebut mulai meningkat, barang yang tersedia di negara itu mulai banyak, di pasar yang dikendalikan pemerintah maupun pasar gelar. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER