Jakarta, CNN Indonesia -- Seekor cumi raksasa ditemukan terdampar di South Island, Selandia Baru, pada awal pekan lalu. Penemuan cumi-cumi yang memiliki tentakelnya saja memiliki panjang hampir 5 meter itu menggemparkan warga sekitar. Misteri soal penyebab kematian cumi itu masih belum terpecahkan.
Spesimen itu dievakuasi ke museum lokal untuk diteliti. Seperti dilansir News Discovery, Sabtu (16/5) waktu setempat, ahli biologi kelautan Megan Lewis mengidentifikasi hewan itu sebagai cumi-cumi betina dewasa.
“Mereka kemungkinan tumbuh sangat cepat tapi hidup tak terlalu lama,” kata Lewis. “Perutnya sendiri penuh, jadi dia tidak kelaparan.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama berabad-abad ilmuwan belum punya bukti fisik bahwa cumi-cumi raksasa yang memiliki nama genus
Architeuthis memang benar-benar ada. Selama ini, fisiknya yang menakutkan tumbuh dalam imajinasi manusia sebagai predator yang berbahaya.
Hewan ini hidup di laut dalam dan jauh dari mata manusia. Tapi pernah juga manusia merekam hewan itu di habitatnya. Itu dilakukan oleh Tsunemi Kubodera dan Kyoichi Mori, dua ilmuwan dari Jepang, pada 2004.
Kubodera dan Mori berhasil memotret cumi raksasa sepanjang 5,5 metera. Hewan ini dipotret di kedalaman 900 meter di lepas pantai Pulau Ogasawara.
Sedangkan penemuan cumi raksasa yang mati, sudah terjadi beberapa kali. Biasanya di Newfoundland dan Selandia Baru. Tapi umumnya kalau tak utuh, mayat cumi sudah membusuk.
Penemuan cumi-cumi raksasa pernah terjadi pada 2013 oleh Jack dan Sharon Osikai ketika berlibur di Kaikoura, Selandia Baru. “Butuh satu jam untuk menariknya,” kata Osikai, saat itu.
Saat itu pula Lewis, yang juga pemilik Kaikoura Aquarium, ikut meneliti dan menyimpulkan cumi itu mati setelah berkelahi dengan cumi raksasa lainnya.
Cumi raksasa sampai saat ini diperkirakan bisa mencapai 13 meter panjangnya. Berapa banyak spesies yang ada dalam genus
Architeuthis sendiri masih jadi perdebatan. Sejauh ini, para ahli menyebut hanya ada satu spesies dalam genus itu.
(ded/ded)