Jakarta, CNN Indonesia -- Stasiun geofisika Atropatena merekam variasi medan gravitasi bersamaan dengan implus gravitasi yang kuat dan menjadi salah satu teori mengapa ada bunyi seperti suara terompet dari langit beberapa tahun belakangan.
Setidaknya ada beberapa kota yang memasang alat Atropetana ini, salah satunya terletak di Yogyakarta, Indonesia. Alat ini sendiri sebetulnya merupakan alat untuk memprediksi gempa dalam jangka pendek.
Baca: Yogyakarta Pernah Deteksi Asal Mula Suara dari LangitAtropatena ini alat yang bisa merekam variasi medan gravitasi akibat adanya gelombang tektonik yang muncul saat terjadinya gempa. Dan saat ini sudah dipasang di kota seperti Baku (Azerbaijan), Islamabad (Pakistan), Kiev (Ukraina) dan Istanbul (Turki).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Wahyudi dari Universitas Gadjah Mada yang juga salah seorang peneliti Atropena mengatakan bahwa stasiun yang dibangun di Yogyakarta ini sudah terhubung dengan situs. Sehingga bisa diketahui informasi perubahan gelombang tektonik di seluruh dunia. Stasiun ini mengetahui perubahan gelombang tektonik dalam radius 750 Km.
Baca juga: Ilmuwan Berhasil Ungkap Asal Suara Misterius dari Langit
"Salah satu metode prediksi gempa dengan atropatena ini mengunakan metode travel time dari sinyal anomali. Kecepatan gelombang sangat menentukan untuk menentukan kapan terjadinya gempa," ungkapnya berdasarkan artikel
Detikcom, yang dipublikasikan pada 2 Juni 2010.
Kembali ke masalah suara seperti terompet yang terjadi di berbagai dunia ini, pada tanggal 15 November 2011, semua stasiun geofisika Atropatena merekam variasi medan gravitasi bumi hampir bersamaan dengan impuls gravitasi yang kuat.
Implus gravitas pertama dan terakhir dipisahkan oleh jarak sekitar 10.000 km. Fenomena semacam ini hanya mungkin jika sumber perambatan ini adalah pada tingkat inti Bumi.
"Faktanya adalah bahwa percepatan
drift magnet bumi di kutub utara yang meningkat lebih dari lima kali lipat antara tahun 1998 dan 2003 dan ini mengarah ke intensifikasi proses energi dalam inti Bumi, karena proses di dalam inti dan luar inti lah yang membentuk medan geomagnetik bumi," sebut ahli Geologi asal Azerbaijan Elchin Khalilov, seperti dikutip dari Sott.net.
Berkaitan dengan aktivitas matahari yang meningkat sejak tahun 2011, intensifikasi proses energi dalam inti Bumi dapat memodulasi medan geomagnetik melalui serangkaian proses fisik di ionosfer.
Di tingkat batas atmosfer tersebut menghasilkan gelombang akustik-gravitasi yang beberapa telah didengar oleh orang-orang dalam bentuk frekuensi suara rendah yang menakutkan di berbagai bagian planet Bumi.
(tyo/eno)