Tulis Status Facebook Via Telepati, Mungkinkah?

Deddy S | CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2015 13:33 WIB
Bos Facebook Mark Zuckerberg punya visi suatu hari nanti kita bisa menuliskan status di jejaring sosial menggunakan telepati. Mungkinkah itu dilakukan?
Ilustrasi otak (Thinkstock/Ivan Radovanovic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bos Facebook Mark Zuckerberg punya visi suatu hari nanti kita bisa menuliskan status di jejaring sosial menggunakan telepati. Mungkinkah itu dilakukan?

Profesor teknik biomedis dari Universitas Warwickshire Inggris, Christopher James, mengatakan dari sudut pandang teknologi, dimungkinkan untuk ‘membaca’ aktivitas otak seseorang dan mengetahui apa yang sedang dipikirkannya.

Dengan menempelkan elektroda ke kulit kepala atau mengimplan elektroda ke dalam otak juga mengungkapkan aktivitas otak secara real time. Tapi, kata James, seperti dikutip Livescience pada pekan lalu, saat ini hanya lewat elektroda satu-satunya cara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi elektroda yang direkatkan di kepala maupun teknologi imaging belum bisa mengintip area kecil, mengetahui apa yang sedang terjadi di level sel. Elektroda hanya bisa menangkap sinyal keras yang dikirimkan lewat tulang tengkorak.

Membaca sinyal sendiri adalah satu persoalan. Persoalan lain, decoding sinyal itu adalah masalah lain. Karena tak ada satu area tunggal di otak yang bekerja ketika kita berpikir. Pengalaman berpikir melibatkan banyak bagian otak yang beroperasi secara stimultan.

Nah, untuk menangkap semua sinyal itu membutuhkan banyak elektroda yang ditempelkan pada banyak area yang berbeda-beda di dalam otak manusia. Sedangkan untuk mengetahui area-area yang berbeda-beda itu tak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

Lalu persoalan lain adalah membaca sinyal-sinyal itu. James mengatakan kekuatan komputasi masa kini memang memungkinkan untuk membaca pola-pola paling kompleks dari sinyal listrik yang dipancarkan aktivitas otak, sepanjang mereka tahu apa artinya sinyal-sinyal itu.

Nah, bagian terakhir ini yang masih jauh dari jelas. Ketika seseorang berpikir, tidak sesederhana mengakumulasi jumlah voltase dan arus yang dikirimkan oleh otaknya. Impuls mana yang datang duluan dan bagaimana polanya, serta seberapa intens, itu semua masih menjadi misteri.

James memberi catatan, stimulasi otak dalam yang dipakai untuk menangani pasien pengidap Parkinson dan epilepsi, melibatkan pengiriman sinyal sederhana ke bagian spesifik dalam otak. Tapi terapi itu, kata dia, tak membantu semua pasien dan tak seorang pun tahu mengapa.

“Dan pikiran manusia adalah fenomena yang jauh lebih kompleks ketimbang pengobatan Parkinson,” kata James.

Adapun Andrew Schwartz, ahli saraf di Universitas Pittsburgh mengatakan persoalan pada konsep komunikasi otak-ke-otak adalah tak seorang pun tahu apa sebenarnya ‘berpikir’ itu. “Bagaimana Anda bisa mengenal sebuah pemikiran di otak kalau Anda tak bisa mendefinisikannya?” kata dia.

(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER