Jakarta, CNN Indonesia -- Anda berlibur ke pantai saat libur lebaran ini? Waspadalah saat duduk-duduk santai di pantai. Sebuah penelitian mendapati bahwa pasir di pantai lebih besar kemungkinannya membuat Anda terkena kuman ketimbang air laut sendiri.
Peneliti dari Universitas Hawaii di Manoa mendapati lebih banyak kandungan bakteri seperti E. coli di pasir ketimbang di air laut. Tapi bukan berarti air laut aman 100 persen.
Karena faktanya di perairan yang terkontaminasi air buangan atau kotoran, air laut juga berpotensi mengandung berbagai bakteri atau kuman yang berbahaya jika sampai terminum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi pada satu dekade terakhir, para ilmuwan mendapati bahwa level bakteri dari kotoran atau feses di pasir pantai ternyata 10 sampai 100 kali lebih tinggi ketimbang di air laut. Mengapa hal itu terjadi?
Di laboratorium ilmuwan melakukan simulasi pantai dan perairan yang terkontaminasi kotoran untuk mengobservasi berapa banyak populasi bakteri penyebab penyakit di sana yang berubah dari waktu ke waktu. Sampel yang diambil berasal dari Pantai Kualoa di Pulau Oahu, Hawaii.
Kesimpulannya, bakteri berbahaya seperti E. coli dan
Enterococci faecalis yang biasa terdapat dalam kotoran manusia atau hewan, ternyata meluruh lebih lambat di pasir ketimbang di air. Ini terjadi lantaran bakteri-bakteri itu ‘menyatu’ ke dalam semacam
biofilm yang ada dalam pasir. Itu menjadi semacam tempat ‘perlindungan’ bagi bakteri.
Sinar matahari sebetulnya bisa menghalangi pertumbuhan kuman. Tapi pasir rupanya melindungi kuman dari terpapar sinar matahari. Sedangkan kuman atau bakteri di perairan dangkal langsung terpapar sinar matahari.
Tao Yan, pemimpin studi itu, mengatakan hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi monitoring kualitas lingkungan di pantai. Juga untuk menjaga kesehatan publik, karena itu waspadalah saat menikmati waktu berlibur di pantai.
(ded/ded)