Jakarta, CNN Indonesia -- Terjadi dengan ledakan dahsyat, alam semesta diyakini sedang menuju pada kematiannya, lambat laun. Itulah kesimpulan sebuah studi astronomi yang digelar oleh sekitar 100 ilmuwan dengan memakai teleskop paling kuat di dunia.
Mereka mempelajari energi yang datang dari lebih dari 200 ribu galaksi di alam semesta yang bisa diobservasi. Sebetulnya, sudah lama ahli astronomi meyakini bahwa alam semesta ini bakal mati. Namun studi terbaru ini dilakukan dengan perhitungan yang paling presisi ketimbang sebelumnya.
Dari observasi 100 ilmuwan yang dimuat di website European Southern Observatory itu, terkonfirmasi bahwa kosmos ini mengeluarkan radiasi tinggal setengahnya, dibandingkan energi yang ada pada 2 miliar tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengecek energi yang ada pada sekumpulan spektrum gelombang cahaya dan radiasi elektromagnetik lain. Ternyata ada pemudaran pada semua panjang gelombang, dari ultraviolet sampai inframerah jauh.
Pada usianya yang hampir 13,8 miliar tahun, alam semesta ini disebut sedang memasuki masa senja. “Seperti duduk di sofa, menarik selimut kemudian tidur dalam waktu yang abadi,” tutur Simon Driver, astronom yang memimpin tim 100 ahli itu, seperti dikutip CNN.
Tapi ‘kematian’ ini bukan berarti bahwa alam semesta ini akan lenyap. Alam semesta akan tetap di tempatnya, tapi bintang-bintangnya dan semua yang menghasilkan cahaya sendiri, juga kerlip bintang, akan melemah.
“Alam semesta ini semakin tua selamanya, secara lambat mengubah sedikit massa jadi energi pada miliaran tahun yang berlalu, sampai kemudian menjadi dingin, gelap, dan terasing, saat cahaya tidak ada lagi,” kata astronom Luke Davies.
Kapan itu terjadi? Ahli astrofisika meyakini itu bakal terjadi triliunan tahun lagi.
(ded/ded)