Jakarta, CNN Indonesia -- Tim peneliti dari Swiss menggunakan DNA manusia sebagai metode penyimpanan informasi digital. Menakjubkan, bukan?
Di era serba canggih seperti sekarang, kebanyakan orang mengandalkan perangkat keras drive untuk menyimpan data digital. Siapa sangka, DNA manusia bisa menjadi wadah penyimpanan informasi digital dalam ruang yang sangat kecil.
Popular Science mewartakan, hasil eksperimen tim peneliti yang diperlihatkan pada pertemuan tahunan American Chemical Society itu mengungkap bahwa penyimpanan di dalam DNA bisa bertahan hingga 2.000 tahun tanpa alami kerusakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perangkat keras seperti harddisk untuk saat ini memang masih stabil, namun bahan perangkat tersebut diperkirakan bakal rusak dalam hitungan dekade.
Tak hanya itu, biasanya harddisk bisa menyimpan data sebesar 5TB, sementara DNA manusia diperkirakan mampu menyimpan hingga 300 ribu TB dengan empat nukleotidanya.
Tim peneliti menyandi DNA dengan teks 83 KB yang ditulis pada abad ke-10 dan 13, lalu menyimpan DNA di bidang silica atau senyawa silikon-oksigen untuk melindunginya, kemudian dihangatkan dalam suhu 71 derajat Celsius selama satu minggu. Hal tersebut dianggap sama seperti menjaganya di suhu 10 derajat Celsius selama 2.000 tahun.
Ketika peneliti membaca 'sandi' DNA, mereka tak menemukan kesalahan, sehingga hal ini menunjukan bahwa DNA berjalan dengan baik dan informasi yang telah mereka sandikan tetap utuh.
Metode ini diprediksi bakal mahal dan membuat para tim peneliti Swiss tersebut berencana untuk memikirkan soal sistem bagaimana cara mengarsipkan data atau informasi itu dalam waktu dekat.