Jakarta, CNN Indonesia -- Kota Mekkah sedang dilanda badai pasir yang hebat hingga mengakibatkan alat derek konstruksi atau crane untuk pembangunan ambruk di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Jumat (11/9), dan menyebabkan sejumlah jemaah meninggal dunia dan luka-luka.
Badai pasir merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi di daerah gurun, namun waktu terjadi badai ini tak pernah bisa dipastikan dalam periode tertentu.
Kepala Sub-Bidang Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Harry Tirto Djatmiko menjelaskan, badai bisa ada jika terjadi karena perbedaan signifikan pada kecepatan angin, suhu, dan tekanan. Jika perubahan terjadi di tiga komponen dan saling bersinergi maka badai pasir dipastikan terjadi.
"Jika kecepatan angin hanya mengalami kenaikan 2-5 knot, hal yang wajar, tapi lebih dari 10 knot atau lebih dari 20km/jam dan terus menerus (terjadi) maka bisa terjadi (badai pasir)," kata Harry saat berbincang dengan CNN Indonesia, Jakarta, Sabtu (12/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Video Detik-detik Jatuhnya Crane di Masjidil HaramPerubahan angin ini memang berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan suhu setempat. Pakar Meterologi Brandon Miller dari CNN, telah mengamati bahwa suhu di Mekkah telah menurun secara drastis.
"Angin dengan kecepatan yang kencang ini menyebabkan suhu setempat turun 42-25 derajat Celcius," katanya.
Angin yang mengubah suhu menjadi rendah ini pula yang kemudian berpotensi memunculkan hujan di Mekkah. Perubahan suhu yang menjadi cukup dingin, kontras dengan situasi Arab yang kering, maka dari itu berpotensi melahirkan hujan lebat disertai angin hingga hujan es.
Harry menegaskan bahwa dua hari sebelum crane jatuh, badai pasir sudah terjadi di Mekkah. Yang menarik, menurut Harry waktu turunnya hujan dan angin itu terbilang cepat.
"Memang kondisinya mirip dengan badai tornado, datang dengan kondisi perubahan-perubahan tertentu dan berlangsung cepat, beda dengan kondisi hujan di Indonesia," katanya.
Sebagaimana diketahui, waktu datangnya hujan dan angin memang terbilang cepat. Langit gelap menyelimuti Mekkah mulai terlihat sejak pukul 17.00 waktu setempat, dua puluh lima menit berselang hujan turun disertai es, namun lima belas menit setelah peristiwa hujan dan crane yang jatuh, hujan ikut mereda dan evakuasi terhadap para korban bisa dilakukan.
Berdasarkan penelusuran CNN, waktu datangnya badai hebat yakni pukul 17.00 waktu setempat kemudian crane jatuh pada pukul 17.25.
Sejauh ini diketahui sebanyak 107 orang tewas dan korban luka-luka mencapai 238 orang. Diketahui 31 jemaah dari Indonesia jadi korban luka-luka, dan dua meninggal dunia yaitu Siti Rasti Darmini dari Kloter 23/JKS dan Masnauli Sijuadil Hasibuan dari Kloter 09/MES.
(adt)