Jakarta, CNN Indonesia -- Bulan sebagai satelit alami Bumi, dilaporkan kian menyusut. Bumi pun disalahkan karena kerak Bulan yang telah mengalami retak.
Tarikan gravitasi Bumi ternyata memengaruhi penyusutan yang dialami Bulan sejak 2010 lalu. Sebuah studi terbaru di jurnal Geology baru-baru ini menyatakan bahwa fenomena itu memang diakibatkan oleh aktivitas Bumi.
Tim ilmuwan sebenarnya sudah melaporkan penyusutan Bulan sejak 2010, ketika sekelompok peneliti yang dipimpin Thomas R. Watters dari Smithsonian National Air and Space Museum mengambil gambar retakan Bulan tersebut dari pesawat robotik Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) milik NASA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip situs
Washington Post, mereka awalnya menemukan 14 lereng curam sepanjang 9,6 kilometer yang terbentuk dari kerak panas yang retak dan mencair ketika sudah membeku. Kontraksi dari proses pendinginan kerak Bulan memaksa mantel dan permukaannya seperti melebur, sehingga muncul penyimpangan yang mengakibatkan Bulan menyusut.
Watters meyakini bahwa lereng tersebut usianya tak sampai miliaran tahun. Diketahui Bulan berusia empat miliar tahun, sehingga kerak yang mengalami retak itu terbilang masih baru.
"Berdasarkan ukuran lereng, kami memperkirakan bahwa jarak antara inti Bulan dan permukaannya telah menyusut sebanyak 91 meter," ujar Watters di dalam pernyataan pada 2010 silam.
Lima tahun kemudian, yaitu 2015 sekarang, Watters kembali menyatakan bahwa lereng di Bulan itu seharusnya bersifat acak, namun nyatanya lereng tersebut terbentuk sesuai polanya. Ia lalu mengatakan bahwa tarikan gravitasi Bumi berpotensi membantu penyusutan Bulan.
Pesawat robotik LRO mengidentifikasi, kini lereng curam di Bulan sudah bertambah menjadi 3.200 di mana posisi lereng tersebut sesuai dengan kekuatan pasang surut dari Bumi terhadap Bulan.
"Temuan ribuan lereng curam baru yang dipengaruhi oleh daya pasang surut Bumi merupakan dimensi baru yang menarik bagi pemahaman kami tentang hubungan dekat antara planet kita ini dengan sang rembulan," kata Watters lagi.
(eno)