Apa Benar Aplikasi I-Doser Berefek Seperti Narkotika?

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Selasa, 13 Okt 2015 17:36 WIB
Bukan aplikasi baru, namun I-Doser baru saja membuat kehebohan karena dianggap berefek seperti menggunakan narkotika.
Ilustrasi (StockSnap/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menkominfo Rudiantara diketahui akan menelusuri aplikasi bernama I-Doser. Aplikasi ini membuat kehebohan karena dianggap sebagai 'narkoba digital' yang membuat penggunanya seperti berhalusinasi.

"Sebetulnya, I-Doser bukan dalam artian narkotika secara fisik, ya. Teman-teman (di Kominfo, red)  sedang cek apakah aplikasi ini memberikan efek seperti hipnotis atau apa," kata Rudiantara saat ditemui di Balai Kota, Jakarta, Selasa (13/10).

Di Indonesia, I-Doser baru saja membuat kehebohan, namun di beberapa negara aplikasi ini sudah menimbulkan kontroversi dan diambil tindak tegas.
Pemerintah Amerika Serikat sudah menetapkan ke sejumlah sekolah agar melarang penggunaan iPod dan ponsel pintar ke aplikasi dan situs I-Doser. Walaupun masih menimbul pro dan kontra, lantaran masih ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung klaim efek seperti narkotika melalui penggunaan ketukan suara binaural.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suara binaural merupakan dua nada yang mengalun dalam frekuensi nada di bawah 1,00 Hz. Ditemukan pada tahun 1839 oleh Heninrich Wilhelm Dove, dia menggunakan untuk relaksasi, meditasi dan kreativitas.

Entah bagaimana, di situs YouTube diperlihatkan beberapa efek dari aplikasi I-Doser. Caranya hampir sama, suara atau nada yang ditawarkan didengarkan dalam posisi tidur atau rileks dengan mata terpejam dan tertutup kain. Setelah itu, pendengar seperti mengalami gerakan yang aneh, bahkan tertawa sendiri.

Paul Dillon, pendiri  Drug and Alcohol Research and Training Australia mengatakan tidak ada efek seperti penyalahgunaan obat terlalu dalam dari isi audio yang ditawarkan I-Doser. Dia percaya itu hanya sugesti semata.

Dia justru khawatir dapat merembet seperti budaya obat terlarang, yakni orang rela membuang uang dengan cepat untuk menggunakannya. Apalagi paling menyedihkan karena menargetkan kelompok yang paling rentan, anak muda yang ingin terlihat keren untuk melakukannya.

Memang, dalam situs juga menawarkan pelanggannya kesempatan untuk menjadi 'dealer dosis' dengan menjual audio tersebut ke lingkungan temannya.

Menurut seorang neuroscientist di McGill University di Montreal, Daniel Levitin membantah hal tersebut. "Tidak ada audio binaural yang berefek seperti obat terlarang," katanya.

Sama seperti sistem saraf kita yang dipengaruhi dengan melihat matahari terbenam atau anak anjing, Dr Levitin mengatakan otak kita terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan eksternal kita.

(tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER