Jakarta, CNN Indonesia -- Aplikasi I-Doser belakangan menjadi bahan perbincangan karena dinilai memberikan efek seperti menggunakan narkotika. Menanggapi asumsi tersebut, Menkominfo Rudiantara mengatakan belum dapat mengambil kesimpulan.
Rudiantara mengatakan pihaknya akan menelusuri lebih jauh aplikasi I-Doser untuk memastikan apakah aplikasi tersebut berbahaya atau tidak.
"Sebetulnya, I-Doser bukan dalam artian narkotika secara fisik, ya. Teman-teman (di Kominfo, red) sedang cek apakah aplikasi ini memberikan efek seperti hipnotis atau apa," kata Rudiantara saat ditemui di Balai Kota, Jakarta, Selasa (13/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan pendalaman terkait efek aplikasi tersebut tidak akan memakan waktu lama. Hari ini pun, kata Rudiantara, aplikasi tersebut tengah dievaluasi.
"Kami harus konsultasi dulu dengan psikolog. Kalau memang berbahaya, ya akan kami blokir," katanya.
Dalam situs resminya, dijelaskan bahwa I-Doser menawarkan layanan stimulasi otak melalui gelombang suara. Beberapa testimoni yang dipajang dalam situs resmi tersebut menyatakan bahwa aplikasi ini dapat memengaruhi suasana hati.
"Saya melihat pola dan warna! Ketika sudah berhenti, saya tetap melihatnya selama 15 menit! Dan suasana hati saya pun sangat baik selama satu jam!" demikian tertulis dalam sebuah testimoni.
"Aplikasi ini yang terbaik karena Anda seperti terbang menyusuri pikiran Anda! Dan ketika semuanya selesai, saya merasa sangat tenang dan relaks. Saya tidak sabar mencobanya lagi!" bunyi testimoni lainnya.
Aplikasi I-Doser ini daoat diunduh di ponsel berbasis Android atau iOS. Pengguna komputer atau laptop pun bisa mendapatkannya dengan membayar sejumlah biaya untuk mendengarkannya.
(tyo)