Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu fungsi utama dari Project Loon adalah membuka akses telekomunikasi ke wilayah yang susah dijangkau. Balon internet besutan Google ini pun dirasa cocok untuk kawasan di Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bersama tiga CEO operator telekomunikasi, dari Indosat, XL Axiata dan Telkomsel pun menandatangani kerjasama soal Project Loon ini. Diharapkan dalam waktu singkat teknologi ini bisa segera dikomersialkan.
Seperti diungkapkan oleh CEO XL Axiata Dian Siswarini, bahwa
technical trial tersebut akan dimulai di tahun 2016 dan Project Loon ini sebagai alternatif teknologi untuk men-
cover daerah yang selama ini sulit dijangkau dengan
terstrial network.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Technical trial tersebut baru akan dimulai di thn 2016, sedangkan untuk
comercial-nya mungkin masih 2 tahun lagi," kata Dian, saat berbincang dengan
CNN Indonesia, Kamis (29/10/2015).
Dia menambahkan, "Saat ini
agreement masih sebatas untuk
tech trial. Masih perlu analisa lebih lanjut ke tahap berikutnya."
Masalah frekuensi, kemungkinan besar, kata Dian, akan menggunakan di frekuensi 900 MHz. "Ya, nanti trial akan menggunakan spectrum yang dimiliki oleh operator masing-masing. Kawasan ujicobanya sendiri masih belum ditentukan," Dian menjelaskan.
ebelum di Indonesia, Balon Loon sudah pernah melakukan uji coba di Australia. Cara Project Loon ini bekerja adalah dengan meluncurkan 20 balon udara di bagian barat Quennsland. Google tidak membeli atau menyewa frekuensi di Negeri Kanguru tersebut.
Dalam proyek ini, Telstra memberi izin pada Project Loon untuk mengakses jaringan BTS memanfaatkan spektrum frekuensi 2,6 GHz. Nantinya, warga akan menerika koneksi Wi-Fi di perangkat komputernya.
Lalu soal skema pembagian biaya yang ditanggung untuk operasional Project Loon ini, Dian dengan diplomatis menjawab "pokoknya dari sisi operator biaya trial sangat minimal."
(eno/tyo)