Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah marak isu pemanfaatan komunikasi virtual untuk terorisme, badan keamanan Inggris mengambil langkah tegas memerangi ISIS. Baru-baru ini, badan intelijen Inggris, Government Communications Headquarters (GCHQ), mengumumkan mereka akan merekrut lebih dari 350 orang di tahun 2016 untuk membantu tim teknologi siber Inggris.
Anggota-anggota baru yang direkrut ini akan dijadikan analis teknologi, pengembang peranti lunak, serta spesialis teknologi dan informasi. Pemerintah Inggris juga mengumumkan mereka akan merekrut 1.900 orang mata-mata untuk memerangi ISIS serta organisasi teroris lainnya.
“Di tengah maraknya isu penyerangan teroris ke Inggris dan pasca penyerangan di Belgia, Perancis, Tunisia, dan di tempat-tempat lain, perdana menteri telah memutuskan untuk meningkatkan sumber daya yang ada,” kata pemerintah Inggris seperti dikutip dari CNN Money.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
GCHQ akan bekerja sama dengan badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), dalam memerangi ancaman siber dari kelompok ISIS yang belakangan diungkap oleh kelompok peretas Anonymous bahwa ISIS berencana menyerang negara lain, seperti Amerika Serikat, Italia, bahkan Indonesia.
Perdana Menteri Inggris David Cameron juga mengatakan negaranya akan meningkatkan investasi dalam bidang militer untuk memerangi terorisme. Pemerintah mengalokasikan dana sekitar 1,9 miliar poundsterling sampai 2020.
Pemerintah juga meningkatkan pengamanan terhadap serangan siber dengan mempersiapkan pembangunan sistem pertahanan dunia maya. Sementara itu, ada pula penambahan ahli keamanan penerbangan untuk menganalisa sistem keamanan bandara di seluruh dunia.
Pelayanan penerbangan juga telah menjadi salah satu fokus utama pemerintah Inggris, di mana mereka turut meningkatkan keamanan bandara serta penerbangan yang paling banyak digunakan oleh warga Inggris.
Untuk ke depan, Inggris berharap dapat meningkatkan kapasitas dalam merespon kejadian terorisme dengan lebih tanggap, seperti belajar dari kejadian pengeboman pesawat Rusia oleh kelompok teroris ISIS di Mesir pada 31 Oktober lalu yang menewaskan 224 korban jiwa.
Sebelumnya, Inggris pun sempat mengalami duka yang sama seperti Perancis di tahun 2005, di mana saat itu terjadi peristiwa pengeboman di London yang menewaskan 52 korban dan mengakibatkan lebih dari 700 orang terluka, seperti dilaporkan CNN.
Mengutip dari CNN Money, Cameron mengatakan, “Inggris akan bekerja keras untuk menghasilkan pengamanan ketat sebisa mungkin. Ini adalah sebuah tantangan bagi generasi kita yang menuntut kita mempersiapkan kekuatan manusia dalam melawan mereka yang hendak menhancurkan nilai-nilai kita.”
(adt)