Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara militan ISIS belakangan diketahui mengkonsumsi obat ajaib bernama Captagon, sejenis amfetamin yang menjadi 'bahan bakar' mereka. Pada 26 Oktober lalu, aparat Turki juga baru saja menyita 11 juta butir pil Captagon yang tengah diselundupkan untuk negara-negara di Timur Tengah.
Captagon sendiri merupakan jenis obat yang termasuk ke dalam kelompok amfetamin. Seperti ditulis dalam
Forbes, obat ini sebenarnya memiliki fungsi yang mirip dengan neurotransmiter alami, seperti dopamin dan adrenalin yang dihasilkan tubuh manusia.
Amfetamin sendiri biasa digunakan untuk pengobatan bagi orang-orang yang mengalami depresei, narkolepsi, serta hiperaktif. Amfetamin akan menstimulasi sistem saraf pusat manusia, kemudian meningkatkan konsentrasi dan kesadaran, serta performa fisik seseorang. Obat ini juga akan memberikan rasa euforia serta bersifat halusinogenik ketika dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda akan tetap terjaga selama beberapa hari setelah mengkonsumsi obat ini. Anda juga tidak akan membutuhkan istiharat. Selain itu, obat yang mulai diperkenalkan pada tahun 1961 oleh perusahaan bahan kimia Degussa asal Jerman ini juga akan memberikan sensasi euforia, seperti seperti dilaporkan dalam CNN.
Ketika dikomsumsi, metabolisme tubuh akan menguraikan amfetamin menjadi teofilin, sebuah molekul kecil yang juga secara alami bisa ditemukan di dalam teh dan dapat menstimulasi aktivitas jantung.
“Anda akan merasakan sejahtera dan euforia. Anda akan berpikir bahwa Anda tidak terlihat sehingga tidak ada seorangpun yang dapat menyakiti Anda,” jelas Dr. Robert Keisling, psikiater dari MedStar Washington Hospital Center.
Sementara itu, Daveed Gartenstein-Ross dari Foundation for Defense or Democracies menyatakan, “Obat ini dapat membuat seseorang menjadi berani di tengah medan perang, dan hal ini sejalan dengan prinsip para kelompok terorisme.”
Sifat-sifat obat 'ajaib' inilah yang kemudian menjadikannya rahasia di balik kekuatan serta keberanian para militan teroris untuk melakukan jihad. Obat ini seakan memberikan rasa percaya diri yang tinggi bagi para pemakainya sehingga mereka tidak takut menghadapi maut.
Berdasarkan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), konsumsi Captagon ini sangat signifikan di negara-negara semenanjung Arab. Selain itu, persebaran Captagon ini bahkan mulai merambah ke daerah Afrika utara sejak setahun lalu, seperti ditulis dalam
Reuters.
Menurut data UNODC, Saudi Arabia, Yordania, dan Suriah menjadi 3 negara dengan jumlah penyitaan Captagon tertinggi. Pada tahun 2009, terdapat sekitar 24,8 juta butir pil amfetamin yang disita dari wilayah ini mencapai 75% dari total penyitaan di seluruh dunia.
Captagon mulanya diproduksi pada tahun 1960-an di Eropa tenggara, khususnya di wilayah Bulgaria. Pil ini kemudian diperdagangkan di Eropa melalui jalur darat dan udara. Captagon kemudian masuk melalui Turki ke negara-negara Timur Tengah, seperti Suriah.
Di Suriah, pil ini terkenal di kalangan kelompok militan teroris. Pasukan pemerintah Suriah dan kelompok pemberontah diketahui telah mengkonsumsi Captagon untuk mendapatkan kekuatan ketika berperang tanpa istirahat, seperti ditulis dalam Reuters. Sementara, para pemuda kaya di Suriah dilaporkan mengkonsumsi obat ini untuk kepentingan-kepentingan lain, seperti pelangsing badan dan obat doping. Yang pasti, selain menjadi 'sumber keberanian' para pelaku jihad, obat ini juga memiliki peran penting
Popularitas obat ini pun semakin marak diperbincangkan berbagai media internasional. Selain digunakan sebagai obat doping kelompok militan teroris, ternyata obat ini juga populer di kalangan orang-orang muda kaya di Timur Tengah yang menggunakan obat ini untuk berbagai tujuan, seperti penurun berat badan atau 'penyemangat' ketika bergadang sebelum menghadapi ujian.
Terlepas dari hal tersebut, obat ajaib ini jelas memiliki peranan penting, baik sebagai sumber kekuatan 'super' tentara militan kelompok teroris, sekaligus menghasilkan dukungan finansial bagi kelompok teroris dari penjualannya di Timur Tengah. Bahkan, Captagon dilaporkan telah menyumbangkan pemasukan sekitar Rp 82 trilyun rupiah tiap tahunnya bagi kelompok Hizbullah.
(eno)