Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sengaja tidak langsung menghentikan pergerakan radikalisme dan terorisme yang menyebar melalui media sosial maupun berbagai situs di internet. Sebab menurut Menkominfo Rudiantara hal ini dilakukan hanya untuk kepentingan penyelidikan agar pihak yang berwajib mengetahui jalur terorisme di dunia maya.
"Untuk keperluan penyelidikan aparat keamanan, tidak bisa langsung diblokir, terutama akun medsos (media sosial) Jadi kita tahu ini linknya kemana aja," kata Rudiantara di sela-sela acara peresmian Pusat Inovasi Kominfo - Huawei.
Pada kesempatan yang sama, Rudiantara juga membantah bahwa Kominfo baru turun tangan setelah ada laporan tentang radikalisme. Apalagi diketahui dalang bom Thamrin, Bahrun Naim melakukan propaganda melalui blog miliknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang berdasarkan laporan, ada berdasarkan
'searching engine' Kominfo. Kita teliti sudah lama dari 2 Desember yang lalu," bantahnya.
Selain untuk mempercepat penyidikan, soal permintaan blokir situs tertentu Kominfo pun memberikan akses khusus kepada pihak yang terkait dengan pemberantasan terorisme dan radikalisme di Indonesia.
"Akses khusus kepada kapolri, BIN, dan kepala BNPT kita berikan tanpa harus lewat panel. Mereka yang paling tahu. Kalau memang mereka mengetahui ada kegiatan radikalisme, bisa langsung blokir, " katanya.
Ketika ditanya mengenai adanya tim khusus atau tidak, Rudiantara enggan untuk membeberkannya. "Tim khusus, rahasia perusahaan," ujarnya.
Meski begitu, ia membeberkan bahwa Kominfo saat ini sedang mencoba mencari akun dan situs sosial yang terkait radikalisme dan terorisme.
"Saat ini, kita perkuat proses dan orang-orang (tim) untuk mencari akun dan situs sosial yang bermuatan konten radikalisme dan terorisme. Biar masyarakat tenanglah," tutupnya.
(tyo)