Jakarta, CNN Indonesia -- Permintaan penegak hukum Amerika Serikat yang bekerjasama dengan FBI untuk mengusut data di dalam iPhone 5c milik penembak California menuai banyak tanggapan. Sikap Apple yang menolak memberikan kelonggaran pada sistem keamanannya mendapat dukungan dari Google.
Hakim Amerika Serikat Sheri Pym memerintahkan Apple agar membongkar iPhone 5c milik penembak Syed Ridwan Farook karena fungsi
auto-erased di dalamnya telah aktif secara otomatis setelah FBI mencoba memasukan tebakan passcode sebanyak 10 kali.
Akhirnya Apple memberi tanggapan pada Rabu pagi (17/2) melalui surat terbuka sepanjang 1.100 kata mengenai sengketa privasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teknisi Apple yang mengembangkan sistem enkripsi kuat di dalam iPhone demi melindungi konsumen secara ironis telah diminta untuk melemahkannya," ungkap Cook, dikutip dari
New York Times.
 Tim Cook menganggap upaya FBI bisa melemahkan sistem keamanan Apple. |
Pihak Apple berharap investigasi kriminal tersebut bisa diselesaikan tanpa harus menulis ulang kode di peranti lunak sistem enkripsi mereka.
"Sangat disayangkan Apple tetap menolak membantu pihak berwenang untuk memberi akses ke ponsel salah satu teroris yang terlibat dalam serangan besar di AS," ungkap juru bicara dari Departemen Keadilan AS.
Sikap Apple yang
keukeuh ingin melindungi privasi penggunanya dengan tidak membuka pintu sistem keamanan didukung oleh CEO Google, Sundar Pichai.
Melalui akun Twitternya @sundarpichai mempublikasikan rangkaian cuitan.
"Pesan penting oleh @tim_cook. Memaksa perusahaan agar melonggarkan peluang peretasan bisa membahayakan privasi pengguna," tulisnya.
Ia menyambung, "kami membuat produk yang aman untuk menjaga informasi dan kami memberi penegak hukum berupa akses data berdasarkan perintah hukum yang valid. Hal ini tentunya berbeda dengan mengharuskan perusahaan agar membobol perangkat dan data pengguna karena bisa jadi masalah besar."
Pichai pun mengatakan, pihak Google tetap terbuka untuk berdiskusi secara terbuka dengan para otoritas pemerintah mengenai sistem enkripsi ini.
Diketahui pada 2 Desember 2015 kemarin, Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan menembak mati 16 orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino, California.
Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.
Pihak FBI tidak mengetahui passcode iPhone 5c milik Farook dan mengaku telah mencoba menebak kata sandi tersebut sebanyak 10 kali sampai fungsi auto-erased itu sudah aktif secara otomatis. Diketahui iPhone 5c Farook berjalan di iOS 9.
Pym memutuskan agar Apple membantu menonaktfikan fungsi hapus-otomatis tersebut agar tim investigasi bisa menyelidiki lebih dalam lagi.
Bahasa umumnya, FBI menginginkan Apple membuka "pintu belakang" atau "backdoor" sistem keamanannya.
(eno)