Fujifilm Pepet Sony di Pasar Kamera Mirrorless

Aditya Panji | CNN Indonesia
Rabu, 24 Feb 2016 15:41 WIB
Mengutip data GfK, Fujifilm mengklaim mereka berada di peringkat kedua pemimpin pasar kamera mirrorless di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 30 persen.
Presiden Direktur Fujifilm Indonesia, Masatsugu Naito. CNN Indonesia/Aditya Panji
Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen kamera Fujifilm mengklaim berada di peringkat kedua dalam pasar kamera mirrorless Indonesia, melibas para pesaingnya dan memepet Sony sebagai penguasa pasar.

Presiden Direktur Fujifilm Indonesia, Masatsugu Naito mengatakan, produknya menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar kamera mirrorles sepanjang 2015, menurut data lembaga riset GfK.

Sementara pangsa pasar Sony menurut data GfK, berada di sekitar 35 persen di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Naito berkata pihaknya akan terus memperkuat posisi di pasar kamera mirrorless yang dinilai bakal jadi masa depan dalam industri fotografi. Kamera mirrorless dikenal punya ukuran kompak, bobot ringan, dan punya kemampuan memotret dengan kualitas sekelas DSLR.


Perusahaan asal Jepang itu meyakini hal tersebut berdasarkan data global yang memperlihatkan penjualan kamera DSLR secara global yang menurun pertumbuhannya, sementara kamera mirrorless terus tumbuh.

“Kami akan secara kontinu berinovasi, seperti membuat autofokus yang cepat dan teknologi imagin yang hebat,” ujar Naito usai jumpa pers peluncuran Fujifilm X-Pro2 di Jakarta, Rabu (24/2).

Di pasar premium, Fujifilm menjagokan lini produk X-Pro yang mengejar pasar menengah ke atas. Lini produk X-Pro bakal bersaing dengan lini produk Alpha dari Sony.

Fujifilm siap memasarkan tiga kamera mirrorless premium sekaligus untuk pasar Indonesia, melalui X-Pro2, X-E2S, dan X70, yang rencananya dilepas ke pasar pada pertengahan Maret 2016.

Upaya Fujifilm dalam memperkuat pasar kamera mirrorless didukung oleh divisi penelitian dan pengembangan yang terus berinovasi. Naito berkata, Fujifilm menganggarkan dana penelitian dan pengembangan sebesar US$1,5 miliar per tahun atau sekitar Rp 20 triliun.

Dana itu sebagian besar digunakan untuk memperkuat teknologi pencitraan dan fotografi, dan sebagian lagi untuk memperkuat teknologi di unit bisnis alat medis. (adt/eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER