GERHANA MATAHARI TOTAL

Gerhana Matahari Total di Indonesia Istimewa Bagi NASA

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Sabtu, 05 Mar 2016 15:21 WIB
NASA membawa peralatan baru untuk meneliti Gerhana Matahari Total di Indonesia.
Wakil Duta Besar AS Brian McFeeters, Clara Yonoyatini dan Sungging Mumpuni dari Lapan, serta Nelson Reginald dan Nat Gopalswamy dari NASA berpose di Pusat Kebudayaan @America, Pacific Place usai presentasi mengenai misi penelitian GMT pada 9 Maret 2016. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gerhana Matahari Total yang akan berlangsung pada 9 Maret esok bakal jadi perhatian dunia, sampai-sampai badan antariksa Amerika Serikat (NASA) tertarik untuk bergabung dalam observasi ini langsung di Indonesia.

Badan antariksa Amerika Serikat atau NASA bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bekerjasama dalam ekspedisi GMT ke Halmahera, Maluku Utara. Ini bisa dikatakan kesempatan langka.

Ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Wakil Duta Besar AS Brian McFeeters mengungkapkan kerjasama ini memang istimewa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"NASA ke sini memboyong kamera khusus yang terbilang masih baru. Kamera ini bakal berfungsi untuk identifikasi fenomena GMT di Halmahera," katanya dalam sambutan kedatangan tim NASA, Jumat (4/3).


Peneliti NASA, Nelson Reginald (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Diketahui perwakilan NASA yang datang adalah pimpinan investigasi Nat Gopalswamy dan peneliti peneliti Nelson Reginald, keduanya dari NASA Goddard Space Flight Center.

Dijelaskan oleh Reginald, kamera NASA yang akan dibawa untuk menangkap fenomena GMT ini adalah polarization camera yang mampu meredam cahaya Matahari dan memiliki ribuan pixel di dalamnya serta mampu mengambil 4 gambar sekaligus.

Sementara Gopalswamy menuturkan, selama proses GMT tim NASA akan turut mengamati apa yang terjadi di sekitar Matahari menggunakan instrumen coronagraph.

"Matahari adalah pemain penting dalam fenomena ini dan mengamati corona serta kemungkinan letupan api yang terjadi dapat menambah informasi ilmiah," ucap Gopalswamy di tempat yang sama.

Ditambahkan oleh Clara Yonoyatini dari pusat ilmu antariksa Lapan di Bandung, kerjasama ini diharapkan bisa memberi informasi baru mengenai fenomena GMT yang semakin dianggap menarik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Lokasi GMT di Indonesia (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)

"Dengan teknologi yang semakin canggih dan kolaborasi dengan NASA, kami harap bisa hasilkan data baru mengenai Gerhana Matahari. Kami juga semangat sebab terasa sekali beda euforianya dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata Clara.

Untuk Lapan sendiri mereka akan memakai instrumen Compact Littrow Spectograph yang terdiri dari teleskop optikal, kamera CCD, serta spectograph dengan resolusi R ~ 8000.

Pada intinya, dua badan antariksa ini akan berbagi ilmu, teknologi, dan data ilmiah demi menunjang pengetahuan lebih dalam mengenai Gerhana Matahari Total.

(eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER