Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan teknologi Apple dilaporkan telah merekrut mantan petinggi perusahaan e-commerce Amazon untuk berada di divisi pertahanan digital.
Apple seperti diketahui, sedang menghadapi perseteruan dengan FBI karena menolak memberi kunci enkripsi dari iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino, California. Kini, perusahaan pimpinan Tim Cook itu ingin memperkuat tingkat keamanan perusahaannya dengan membajak 'jagoan' security.
George Stathakopoulos yang dahulu menjabat vice president divisi keamanan informasi Amazon selama 6 tahun, kini bergabung bersama Apple. Ia membantu Apple dalam membuat program proteksi perusahaan dan konsumen serta infrastruktur TI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Stathakopoulos pernah bekerja di Microsoft sebagai general manager selama 10 tahun.
Dari laporan Reuters, tanggung jawab Stathakopoulos yang berada di area pertahanan digital perusahaan nantinya akan dibawahi oleh CFO Luca Maestri.
Tugas Stathakopoulos akan melingkupi perlindungan aset perusahaan seperti peranti lunak rahasia, produk, dan informasi desain. Ia juga akan membantu dalam proteksi data pengguna.
Meski Apple belum memberi tanggapan seputar kabar ini, Reuters mewartakan Stathakopoulos telah berada di Apple selama satu pekan.
Perekrutannya itu lalu dinilai sebagai 'investasi' bagi perusahaan, terlebih saat ini masih hangat dibicarakan seputar kasus yang membelit Apple dengan FBI.
Dengan merekrut Stathakopoulos, Apple dianggap telah meningkatkan fokusnya terhadap aspek sekuritas.
Diketahui Apple menolak permintaan pengadilan AS untuk membuka pintu sistem keamanan iPhone 5c milik pelaku penembakan di San Bernardino pada Desember lalu, karena fungsi penghapusan secara otomatis ponsel itu aktif secara otomatis setelah FBI memasukan tebakan passcode sebanyak 10 kali.
Apple bersikeras tidak mau mengabulkan permintaan FBI untuk membuka kunci enkripsi ponsel tersebut.
Sikap Apple ini tak hanya mendapat dukungan dari banyak perusahaan teknologi, namun juga menuai kehebohan beberapa waktu lalu saat puluhan orang demonstrasi di depan Apple Store di seluruh negara bagian Amerika Serikat. Aksi demo itu merupakan bentuk dukungan masyarakay terhadap Apple agar tidak kalah melawan FBI dan penegak hukum.
Apple dan FBI dijadwalkan akan 'bertarung' di pengadilan pada 22 Maret mendatang.
(adt)