Jakarta, CNN Indonesia -- Misi untuk mencetak 1.000 startup sampai 2020 yang digagas Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bersama perusahaan inkubator Kibar sudah memulai proses sosialisasinya. Startup seperti apa yang diharapkan bisa hadir di Tanah Air?
Pendiri sekaligus CEO Kibar Yansen Kamto mengatakan, bahwa timnya sudah memetakan 10 kota untuk menjalankan misi 1.000 startup ini yang tidak hanya fokus di pulau Jawa saja.
"Harus menjadi program nasional," begitu ucapnya saat ditemui di acara Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di 10 kota tersebut, diakui Yansen, akan dibangun Innovation Hub yang menyediakan inkubasi, co-working space, hingga community center. Hal tersebut akan tercapai seiring proses kerjasama yang mereka bina dengan Pemerintah Daerah, media lokal, dan komunitas lokal di sana.
Lantas, sebetulnya startup seperti apa yang diharapkan?
"Harapannya yang bisa menyelesaikan masalah. Kedua, harus
sustainable, punya model bisnis yang benar, dan menghasilkan profit. Pada akhirnya nanti bisa menciptakan dampak yang lebih besar dari solusi yang ia bangun," terang Yansen.
Menurutnya, perihal usaha yang berkelanjutan adalah hal yang penting sebab ia tidak mau startup di Indonesia hadir hanya untuk tren semata.
"Jangan bikin usaha yang cuma buat terlihat keren saja. Kalau misi ini berhasil, lambat laun startup bukan lagi sebatas tren. Saya tidak mau startup Indonesia ini sifatnya karbitan," ucapnya lagi.
Ia juga memberi saran kepada para anak muda yang ingin memulai bisnis di startup. Semuanya harus berdasarkan pada passion alias hasrat.
Ia memberi saran, agar startup yang hendak dibangun jangan hanya didirikan untuk menelan investasi atau mencari investor semata.
Soal kemudahan mewujudkan misi 1.000 startup, Yansen sangat optimis dengan mengatakan, "sangat mudah".
Dalam kurun 2016 hingga 2020, paling tidak setahun mencetak 200 startup. Menurut penuturannya, setelah memetakan 10 kota, minimal bisa 20 startup dibangun dalam satu tahun.
Dibantu dengan penetrasi broadband yang tinggi, Yansen mengutarakan bahwa para pelaku startup diharapkan bisa membangun pola pikir untuk terus maju dan melakukan perubahan.
Cerita soal 'Gojek' Pengangkut Sampah di PontianakSalah satu tujuan utama dari dibentuknya program 1.000 startup ini menurut Yansen adalah membangun ekosistem agar startup bisa menjadi 'wabah' dan pada akhirnya bisa menjadi sesuatu yang "lumrah" alias bukan sekadar tren.
"Ada sebuah layanan namanya Angkuts di Pontianak. Mirip banget seperti Gojek, hanya saja layanan ini untuk mengangkut sampah dengan biaya Rp5 ribu. Belum pernah denger kan sebelumnya? Ya memang ia hanya terdengar di kalangan lokal sana saja," cerita Yansen.
Dari situ, ia menekankan, apabila layanan seperti Angkuts itu bergabung dengan Innovation Hub maka mereka akan diberi inkubasi dan pembinaan lainnya.
"Setelahnya, layanan mereka bisa siap diluncurkan di 10 kota di Indonesia. Itu yang kami harapkan yakni memberdayakan kekuatan agar jadi lebih besar," sambungnya.
Lebih lanjut Yansen juga sempat menjelaskan serangkaian proses yang akan diberikan di dalam misi 1.000 startup.
Pertama sosialisasi di 10 kota yang tidak hanya di pulau Jawa saja, namun merambah ke Medan, Bali, Makassar, dan Pontianak.
Lalu diadakan pembinaan yang berisi seputar ignition dan awareness dari sisi bisnis. "Di tahap ini istilahnya kami mau merasuki mereka," ungkap Yansen sambil tertawa kecil.
Kemudian akan diadakan workshop, hackathon, dan inkubasi. Dari situ akan ada template yang diadopsi oleh para pemain agar pola pikir dan penerapannya sesuai dengan tujuan awal.
"Saya maunya startup ini jadi sesuatu yang umum, bukan lagi hal yang muncul karena sedang hype," tutup Yansen.
(tyo)