Bali, CNN Indonesia -- Perusahaan teknologi Fujitsu Indonesia telah membangun pusat data
(data center) di Bogor, Jawa Barat, sejak tahun 2015. Perusahaan mengaku akan agresif menjual layanan komputasi awan berupa infrastruktur teknologi untuk segmen korporasi.
Saat ini, Fujitsu telah menyediakan Disaster Recovery as a Service (DRaaS) yang menawarkan perlindungan serta pemulihan data secara cepat dengan jumlah data yang hilang mendekati nol jika terjadi bencana pada pusat data.
Managing Director Fujitsu Indonesia, Achmad S. Sofwan mengatakan, saat ini timnya di Indonesia sedang membangun teknologi
cloud untuk Infrastructure as a Service (IaaS) yang siap dipasarkan ke korporasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bulan depan seharusnya sudah bisa jalan. Dan kita akan agresif di sana,” kata Achmad kepada sejumlah media di Bali, Kamis (26/5).
Achmad memprediksi pasar Indonesia sangat potensial untuk
cloud dengan kebutuhan terbesar pada teknologi infrastrukturnya, diikuti oleh
cloud berupa peranti lunak dan platform.
IaaS menyediakan layanan
server atau mesin virtual kepada perusahaan yang menjanjikan efisiensi biaya teknologi, karena IaaS memungkinkan perusahaan tak perlu membeli atau merawat server ukuran besar yang harus ditaruh pada ruangan khusus.
Di dalam mesin virtual itu, pelanggan dari perusahaan bisa menginstal berbagai aplikasi yang dibutuhkan dalam operasional.
Perusahaan asal Jepang ini juga menerima kostumisasi peranti lunak, termasuk SAP, yang dibutuhkan dan akan dipakai dalam operasional perusahaan.
Country Head of Managed Service Fujitsu Indonesia, Dandung Danardono mengatakan, pihaknya juga menyediakan layanan
cloud berupa Platform as a Service (PaaS), Software as a Service (SaaS), Cloud Backup as a Service (CBaaS), sampai Cloud Security as a Service (CSaaS).
Khusus PaaS, mulai diimplementasikan Fujitsu ke pemerintah daerah untuk mengatasi masalah setempat, termasuk dalam memantau tinggi muka air di Sungai Bahu, Malalayang, Manado, dan di salah satu sungai di Jakarta, yang memanfaatkan teknologi
augmented reality.
Dandung mengatakan, saat ini Fujitsu telah memiliki dua klien untuk layanan
cloud, yang salah satunya adalah Tokio Marine Life Insurance Indonesia. Ia menargetkan sampai akhir tahun ini memiliki sekitar lima klien dalam bisnis
cloud.
Sejumlah perusahaan penyedia solusi teknologi belakangan ini gencar merayu agar perusahaan besar dan lembaga pemerintahan mentransformasi operasionalnya memanfaatkan digital agar lebih efisien dan lebih mudah diakses. Namun, khusus di Indonesia, Dandung menilai belum semua perusahaan sadar akan hal itu dan masih
“wait and see” untuk implementasi
cloud.
“Kita tinggal tunggu ada satu perusahaan besar yang berani
running by cloud, maka semua akan beralih ke
cloud,” tutur Dandung.
Sejumlah perusahaan besar atau lembaga pemerintahan masih mempertimbangkan soal keamanan dan kerahasiaan data untuk mengadopsi teknologi
cloud.Sementara untuk usaha rintisan
(startup), hampir semuanya telah memanfaatkan teknologi
cloud untuk menghemat anggaran dalam memulai dan mengembangkan bisnis.
(adt/eno)