Jakarta, CNN Indonesia -- Situs web Airbnb yang menyediakan layanan berbagi tempat menginap sedang diterpa masalah diskriminasi. Seorang produser di Hollywood, Shadi Petosky, mengaku ditolak oleh pemilik rumah yang hendak ditumpangi karena ia adalah seorang transgender.
Petosky mempublikasikan
screenshot penolakan yang dilakukan oleh tuan rumah mitra Airbnb ke akun Twitter pribadinya pada Minggu (5/6).
Pemilik rumah yang berlokasi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat itu, menolak kehadiran Petosky ketika mengetahui calon tamunya itu adalah seorang transgender.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat menghargai kejujuran Anda. Saya harus menolak ini, tapi terima kasih. Saya punya anak lelaki usia 13 tahun yang sedang dalam masa pubertas. Saya tidak mau ia merasa tidak nyaman di rumahnya sendiri," tulis si pemilik rumah.
Kicauannya itu menarik perhatian ribuan netizen dan mendapat lebih dari 1.000
retweet. Bisa dibilang keluhannya itu menjadi viral di dunia maya.
Mengutip situs
The Telegraph, Petosky mengaku sebetulnya kejadian tersebut sudah pernah ia laporkan ke Airbnb pada 2015, namun perusahaan penyedia situs itu bukannya mencabut keanggotaan si pemilik rumah tersebut, tapi justru meng-
upgrade statusnya menjadi "
super host".
"Ini sudah terjadi beberapa waktu lalu, saya mempublikasikan ini hanya karena Airbnb sedang berada di bawah pengawasan untuk hal-hal berbau diskriminasi dan mereka tidak melakukan apa-apa," cuit Petosky.
Nah, setelah publikasinya itu viral, pihak Airbnb baru menindaklanjuti. Pada Senin (6/6) pemilik rumah tersebut akhirnya disingkirkan dari kemitraannya dengan Airbnb.
"Diskriminasi tidak mendapat toleransi di komunitas Airbnb. Kami menyingkirkan pemilik rumah ini dari Airbnb," kata juru bicara perusahaan Nick Papas dalam sebuah pernyataan resmi.
Airbnb juga sedang mengulas insiden itu secara internal. Perusahaan asal San Francisco ini sebelumnya juga sudah merilis memo yang menyatakan bahwa ulasan internal akan dilakukan untuk memerangi diskriminasi. Ulasan tersebut turut menjalankan pelatihan bagi para karyawan Airbnb serta para anggota penyedia tempat tinggal.
Perusahaan teknologi itu juga menunjukan bahwa banyak negara yang menjalankan aturan hukum yang melawan diskriminasi terhadap ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan usia. Sehingga para penyedia tempat tinggal di layanan Airbnb harus mematuhi aturan tersebut.
Namun negara bagian Carolina Utara dan Mississippi baru-baru ini mengeluarkan regulasi yang mengizinkan pelaku bisnis untuk menolak layanan mereka terhadap kaum LGBT, serta "
bathroom law", yakni aturan untuk orang transgender agar menggunakan kamar mandi sesuai jenis kelamin di akte lahir.
Layanan Airbnb juga masih mendapat keluhan dari para pengguna berkulit hitam yang sering ditolak oleh pemilik akomodasi dan mereka membagikan kisah tersebut dengan tanda pagar #AirbnbWhileBlack.