Jakarta, CNN Indonesia -- Microsoft baru saja mencatat akuisisi terbesar sepanjang sejarah perusahaan melalui pembelian jaringan profesional online LinkedIn dengan nilai fantastis, yakni US$26,2 miliar atau setara Rp349 triliun.
Keputusan perusahaan itu dianggap sebagai langkah berani. CEO Microsoft pun percaya diri bahwa perusahaan pimpinannya dan LinkedIn akan berbagi misi.
Angka Rp349 triliun sangatlah tinggi, yang kemudian menghadirkan tanda tanya apa yang membuat LinkedIn begitu layak dibeli seharga itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari sukses awal Microsoft yang menjual peranti lunak untuk perangkat komputer PC, yakni sistem operasi Windows dan produktivitas Office.
Kemudian perusahaan menghadapi ancaman besar yang sifatnya disruptif. Pertama, aplikasi online yang dipelopori Google. Orang-orang mulai menggunakan produk seperti Gmail dan Google Docs ketimbang Microsoft Outlook dan Office yang berbasis desktop.
Kedua, revolusi mobile yang disetir Apple. Masyarakat mulai memakai ponsel pintar dan tablet berbasis OS iOS dari Apple, dan tentunya Android dari Google.
Mengutip situs
Vox, di masa kepemimpinan mantan CEO Steve Ballmer, Microsoft berupaya untuk tetap berkompetisi 'melawan' Google dengan mesin peramban Bing dan Bing maps.
Selain itu, Microsoft juga mencoba menantang Apple dengan produk Windows Phone. Sayangnya semua produk kembangannya itu gagal dan membuat perusahaan berdarah-darah akibat rugi ratusan juta dollar.
Di bawah kendali Nadella, Microsoft berubah haluan menjadi perusahaan yang memperluas layanan online untuk konsumen bisnis dan profesional.
Microsoft mengembangkan platform komputasi Azure hingga Office 365. Semuanya untuk produktivitas online bagi kalangan profesional.
LinkedIn dipercaya menjadi bisnis yang berkembangPengguna LinkedIn memang tidak seluas jejaring sosial lain seperti Facebook, Twitter, atau Instagram. Saat ini LinkedIn memiliki sekitar 433 juta jaringan profesional di layanannya.
Namun berbicara LinkedIn, jaringan online ini tentunya dianggap sangat bermanfaat bagi pengguna profesional untuk mencari pekerjaan. Pun begitu bagi perusahaan untuk menemukan tenaga kerja baru.
Singkatnya, LinkedIn adalah layanan jitu untuk mempelajari klien potensial dan mencari lowongan kerja.
LinkedIn melakukan monetisasi dari penjualan langganan layanan premium kepada penggunanya serta membantu mereka yang bekerja di bidang sales untuk menemukan pembeli potensial produknya.
Hal tersebut kemudian dijadikan Microsoft sebagai peluang besar.
LinkedIn melengkapi bisnis MicrosoftDua perusahaan teknologi ini kemudian berharap saling melengkapi dan memperkuat produk masing-masing.
LinkedIn selama ini menawarkan tampilan linimasa seperti Facebook kepada penggunanya. Microsoft pun berencana mengintegrasikan linimasa tersebut ke tampilan antarmuka (
user interface/UI) Office 360.
Masih dari
Vox, rencana tersebut tujuannya agar memungkinkan pengguna tak tertinggal perkembangan dari jaringan profesional mereka ketika mereka sedang mengerjakan presentasi atau pekerjaan lain.
Microsoft juga ingin menggabungkan data dari LinkedIn ke asisten digital Cortana agar di masa depan Cortana bisa melihat nomor telepon dari kontak LinkedIn dan memberi tahu pengguna tentang
mutual friends.
Selain itu, akses data LinkedIn diyakini bakal berguna untuk peranti lunak Microsoft yang mengelola hubungan para pengguna, Dynamics. Microsoft berharap di masa depan pengguna bisa mengakses data lebih banyak lagi dan meningkatkan kemampuan pencarian jaringan baru.
(tyo)