Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan peranti lunak Gojek meraih pendanaan tahap baru yang fantastis nilainya, sebesar US$550 juta atau Rp7,2 triliun, dari sejumlah investor yang dipimpin oleh KKR & Co., dan Warburg Pincus, demikian pernyataan bersama para investor yang berpartisipasi, Kamis (4/8).
Tercatat Farallon Capital Management, Capital Group Private Markets, dan sejumlah investor internasional lain, ikut berpartisipasi dalam putaran investasi ini.
Gojek akan menggunakan dana itu untuk memenangkan kompetisi persaingan keras dengan Uber dan Grab, dua
startup yang juga menyediakan layanan jaringan transportasi berbasis ponsel di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asia Tenggara akan menjadi pasar yang menggiurkan untuk bisnis kendaraan panggilan, dengan perkiraan tumbuh lima kali lipat sebesar US$13,1 miliar, menurut laporan Google dan Temasek Holdings.
Akan tetapi, persaingan dalam industri ini sangat ketat. Selain bersaing dalam meraih penumpang, para pemain juga bersaing meraih hati pengemudi dan tak jarang itu harus dilakukan dengan menggelontorkan banyak subsidi.
Gojek, yang didirkan oleh Nadiem Makarim, sebelumnya telah meraih pendanaan dari sejumlah investor termasuk Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures dan Formation Group. Mereka juga berpartisipasi dalam pendanaan baru ini.
Dalam pernyataan bersama para investor, Nadiem berkata Gojek telah memiliki 200.000 mitra pengemudi mobil dan motor di Indonesia, memiliki 35.000 mitra penjual di layanan GoFood, dan memiliki 3.000 mitra untuk on-demand services.
Gojek kini tak hanya menyediakan layanan berbasis kendaraan roda dua. Di tahun 2016 mereka memulai bisnis mobil panggilan GoCar untuk melengkapi persaingan dengan Grab dan Uber.
Begitu juga dengan Uber yang di tahun ini telah memperluas layanan untuk ojek, UberMotor.
Pada pekan ini, Grab juga mengumumkan pendanaan baru sebesar US$600 juta atau sekitar Rp7,8 triliun dari SoftBank Group dan Didi Chuxing, penyedia layanan mobil panggilan yang berkuasa di China.
Didi pekan ini mengumumkan akan melakukan merger dengan Uber China, sebuah anak usaha Uber yang berbasis di China, dengan kesepakatan sebesar US$35 miliar atau setara Rp456 triliun. Aksi ini membuat Uber memiliki 20 persen saham di Didi.
(adt)