Jakarta, CNN Indonesia -- Kamboja pada Rabu (10/8) melarang pemain Pokemon Go untuk berburu monster virtual di sekitar Museum Genosida, yang merupakan tempat bersejarah karena dahulu adalah pusat penyiksaan Khmer Merah dan penjara.
Langkah ini disebut pemerintah sebagai upaya untuk mengendalikan para pemain yang kerap celaka karena terlalu fokus pada ponsel, atau bahkan mengalami kejadian berbahaya lain di jalan lantaran main Pokemon Go.
“Kami memiliki penjaga yang siaga. Setiap wisatawan yang memegang iPhone atau iPad dan bermain game ini, akan diminta untuk pergi,” kata Chhay Visoth, direktur Museum Genosida yang berada di Phnom Penh. “Ini adalah tempat sejarah, bukan tempat untuk bermain game.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan ini memang dilaporkan banyak remaja setempat yang pergi ke Museum Genosida untuk bermain Pokemon Go.
Game ini mengajak pengguna untuk berburu monster virtual di berbagai tempat, termasuk kantor, restoran, museum. Pemain juga bisa mengumpulkan peralatan berburu di Pokestop dan mengadu kekuatan monster di Pokegym.
Permainan ini yang dikembangkan oleh Niantic dan The Pokemon Company ini kerap disalahkan karena sejumlah kecelakaan.
Di Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta pihak yang terkait dalam pengembangan Pokemon Go, untuk menghormati agar tidak menjadikan objek vital nasional sebagai tempat berburu Pokemon. Objek vital nasional yang dimaksud antara lain kantor polisi, kantor militer, pangkalan militer, sampai fasilitas sumber daya penting macam air dan listrik.
Rudiantara meminta agar perburuan monster itu diarahkan ke tempat wisata, seperti Kota Tua atau museum untuk meningkatkan daya tarik.
“Saya minta ke Niantic dan Google agar jangan gunakan objek vital nasional dalam pengembangan Pokemon Go,” ujar Rudiantara.
Langkah yang diambil Indonesia juga diambil oleh pemerintah Thailand, yang akan melarang pemanfaatan sebuah lokasi untuk pengembangan game Pokemon Go. Beberapa tempat itu adalah Royal Palace, Kuil Buddha, gedung pemerintahan, dan rumah sakit.
Keputusan diambil setelah Komisi Nasional Penyiaran dan Telekomunikasi bertemu dengan lima operator telekomunikasi setempat untuk membahas masalah keamanan data.
"Kami setuju bahwa harus menarik beberapa tempat yang bisa berbahaya seperti jalan raya, trotoar, tepi sungai, dan tempat-tempat penting lainnya dalam permainan itu,” kata Takorn Tantasith, Sekjen Komisi Nasional Penyiaran dan Telekomunikasi Thailand.
(adt)