Jakarta, CNN Indonesia -- Pengalaman tak mengenakan menghirup kabut asap akibat kebakaran hutan membuat dua remaja asal Tarakan, Kalimantan Utara, memutar otak untuk membuat sebuah alat yang bisa mendeteksi kemurnian udara sekitar. Mereka bercita-cita, alat ini bisa digunakan banyak orang untuk meningkatkan kualitas hidup.
Dua remaja itu adalah Aan Aria Nanda (Aan) dan Feriawan Tan (Feri) yang kini sama-sama berusia 17 tahun. Mereka menghabiskan waktu hampir enam bulan dari Desember 2015 hingga Mei lalu untuk melakukan riset mengenai alat detektor kemurnian udara.
Aan berkisah semangat mereka membuat alat yang diberi nama D'Box CC ini berawal dari kabut asap yang melanda daerahnya pada 2015 lalu. Polusi udara membuat pernafasan terganggu dan celakanya, masih banyak orang tak sadar atas kualitas kandungan udara yang mereka hirup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) itu tidak berasa dan tidak memiliki warna. Hal ini bisa berbahaya jika masyarakat cuek dan tidak memperhatikan kemurnian udara di sekitar," ujar Aan dalam acara Bosch Young Inventors di Jakarta, Jumat (19/8).
Dari situ, Aan dan Feri mencetuskan ide untuk mengembangkan detektor portabel yang bisa mendeteksi kadar CO dan CO2 di lingkungan sekitar.
D'Box CC yang memiliki dimensi 20x10x10 cm itu dilengkapi oleh layar LCD untuk menampilkan kadar CO dan CO2, serta lampu LED yang bisa berubah warna sesuai fungsinya.
"Kalau lampu berwarna hijau, maka udara di sekitar sangat bagus dan aman. Udara yang sehat biasanya kandungan CO2-nya berkisar di angka 0 sampai 500 ppm," lanjut Aan.
Sementara itu jika lampu LED menunjukan warna kuning maka pengguna disarankan untuk berhati-hati. Sedangkan LED warna merah tandanya kandungan udara sudah berbahaya.
Cara kerja D'Box CC yang bobotnya kurang dari satu kilogram itu bisa terintegrasi langsung dengan aplikasi
real-time analysis yang mereka kembangkan sendiri di perangkat laptop untuk menunjukan grafik kandungan CO dan CO2. Ia juga dilengkapi oleh baterai yang bisa diisi ulang.
 Detektor kemurnian udara D'Box CC yang dikembangkan Feri dan Aan asal Tarakan, Kalimantan Utara. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina) |
Diakui Feri, proses pembuatan D'Box CC sukses membuat dia dan Aan begadang selama tiga hari. "Mencari komponennya susah karena tidak semuanya tersedia di Tarakan. Kami kemudian menemukan distributor yang mau bantu proses pengembangan alat ini," ungkap Feri.
Selain berhasil meraih penghargaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), D'Box CC gubahan Aan dan Feri keluar menjadi pemenang di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) pada Juli kemarin di China.
Ingin Dipakai oleh MasyarakatAan dan Feri mengaku punya harapan besar D'Box CC bisa digunakan sehari-hari oleh masyarakat jika nanti perangkatnya sudah diproduksi secara massal. Mereka menilai masyarakat akan mendapat banyak manfaat jika mereka sudah sadar akan pentingnya menghirup udara berkualitas baik.
Detektor udara seperti itu akan jauh lebih berguna untuk dipakai di pabrik atau pemanufaktur yang banyak menggunakan mesin di ruang tertutup. Dua remaja ini percaya diri D'Box CC bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas.
Sejumlah kelebihan lain alat ini juga dipaparkan oleh Feri, di antaranya D'Box CC dianggap sangat mudah digunakan (
user friendly) dan harganya lebih murah dari alat yang sudah ada sebelumnya, yaitu sekitar Rp529 ribu.
"Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai udara yang mereka hirup. Alat ini mudah digunakan, sehingga bisa menjadi pelengkap di rumah pengguna sebagai detektor," tutur Aan.
Saat ini D'Box CC sedang dalam proses dipatenkan melalui bantuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang rencananya akan rampung pada Desember 2016.
(adt)