Jakarta, CNN Indonesia -- Facebook kembali menimbulkan kontroversi terkait kebijakan editorial mereka. Kali ini editorial Facebook menarik seluruh peredaran berita bertopik "September 11th Anniversary". Hal tersebut Facebook lakukan setelah dituding membiarkan sebuah berita yang berisi teori konspirasi seputar tragedi 11 September 2001.
Berita yang dituduh menyebar
hoax berasal dari laporan Daily Star yang mengklaim menemukan rekaman bom yang sengaja diletakkan di dalam Menara Kembar. Berdasarkan rekaman itu, penulis artikel menyatakan keruntuhannya tidak berasal dari hantaman pesawat.
Mereka yang mengecam laporan itu, melihatnya sebagai upaya legitimasi teori konspirasi yang dibuat-buat. Facebook menyadari kecaman yang datang. Tak lama kemudian, media sosial terbesar di dunia ini mencabut seluruh berita dengan topik 'September 11th Anniversary' di laman mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami sadar artikel
hoax yang muncul di sana dan sebagai tindakan sementara kami menghilangkan topik tersebut," ujar juru bicara Facebook kepada
Washington Post.
Solusi Facebook menghilangkan topik tak berjalan mulus lantaran artikel
Daily Star yang memuat berita itu masih bisa diakses.Para pengguna mempertanyakan keputusan Facebook menghilangkan seluruh berita dengan topik tersebut alih-alih menarik artikel kontroversial semata. Washington Post mencatat bahwa awalnya Facebook mengganti artikel Daily Star tadi dengan artikel lain yang juga membahas tragedi 11 September.
Walaupun Facebook telah mengonfirmasi keputusannya untuk menghindari kontroversi lebih jauh, nyatanya peredaran artikel itu tetap beredar luas. Salah satunya di situs Daily Star sendiri.
Kejadian ini menambah preseden buruk kebijakan editorial Facebook menyusul keputusan mereka menyensor salah satu foto perang ikonik yang memuat seorang bocah tanpa busana yang lari sambil menjerit ketakutan dari hujan bom di Perang Vietnam. Diambil oleh fotografer Associated Press Nick Ut, foto tersebut dianggap telah mengubah jalannya peperangan yang terjadi saat itu.
Tom Egeland, pengunggah foto tersebut di akun Facebook miliknya mengaku sangat kecewa dengan tindakan yang diambil Facebook. Kekecewaan yang sama juga diutarakan oleh Espen Egil Hansen, pemimpin redaksi harian terbesar Norwegia bernama Aftenposten.
Dalam tulisannya di halaman depan Aftenposten, Espen menganggap apa yang dilakukan Facebook tersebut menyalahgunakan kekuasaan. Espen bahkan menilai Mark Zuckerberg adalah editor paling berkuasa di muka bumi saat ini.
Akhir Agustus silam, Facebook memecat tim editor yang mengkurasi sejumlah berita menjadi trending topic dan menggantinya dengan editor algoritma. Facebook melakukannya dengan harapan dapat menghapus bias yang dapat terjadi pada editor manusia serta menjangkau beragam topik yang lebih luas.
Apa yang terjadi justru sebaliknya. Facebook justru menuai kecaman setelah menempatkan berita palsu mengenai kabar pemecatan seorang pemandu berita Fox ke seksi
trending topic.Tak hanya sekali, editor algoritma Facebook juga sempat melakukan kesalahan yang sama soal berita palsu termasuk laporan milik Daily Star tentang tragedi 11 September.
Meski mengaku bermasalah, Facebook belum pernah menyampaikan permintaan maaf atas kontroversi yang dilakukan editor algoritma mereka.
(tyo)