Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan BlackBerry yang berbasis di Kanada telah menyerah dalam urusan bikin ponsel. Tetapi bukan berarti ponsel terbaru merek BlackBerry hilang dari peredaran, karena bisa jadi tetap diproduksi oleh perusahaan lain yang mendapat lisensi resmi dari BlackBerry.
BlackBerry menyatakan bakal mengalihdayakan desain, produksi, distribusi, sampai promosi produk ponsel pintar merek BlackBerry kepada perusahaan lain yang jadi mitra resminya di suatu negara.
BlackBerry akan tetap mengambil untung dari bisnis ponsel dengan mengutip royalti atas ponsel merek BlackBerry yang berhasil dijual para mitranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia jadi negara pertama upaya BlackBerry mengalihdayakan desain ponsel. BlackBerry telah menandatangani kesepakatan dengan BB Merah Putih untuk memproduksi, mendistribusi, dan mempromosikan perangkat merek BlackBerry di Indonesia.
BB Merah Putih merupakan perusahaan patungan yang dipimpin oleh perusahaan perangkat telekomunikasi PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk, afiliasi dari perusahaan telekomunikasi milik negara PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom).
"BB Merah Putih akan memproduksi, mendistribusikan dan mempromosikan perangkat bermerek BlackBerry yang menggunakan software dan aplikasi Android BlackBerry yang aman," tulis pernyataan bersama pihak-pihak terkait, sebagaimana diterima
CNNIndonesia.com, Selasa (28/9).
CEO BlackBerry John Chen, yakin dengan sepak terjang BB Merah Putih lantaran didukung oleh perusahaan yang kuat. Indonesia sendiri merupakan pasar terbesar bagi perangkat BlackBerry.
BlackBerry mengatakan langkah pemberian lisensi serupa juga dalam diskusi tahap akhir untuk mencapai kesepakatan di China dan juga coba menjajaki di India.
"Ini merupakan keputusan yang sepenuhnya masuk akal dan mungkin salah satu yang terlambat," kata analis teknologi John Jackson dari IDC, seperti dikutip dari
Reuters. Ia berpendapat kini BlackBerry harus bertumpu pada pendapatan dari bisnis peranti lunak.
Pemberian lisensi terhadap perusahaan lain sebelumnya pernah dilakukan Nokia asal Finlandia terhadap Foxconn dalam produksi, distribusi, dan promosi komputer tablet Nokia N1 berbasis Android di China.
Grup Nokia yang saat itu telah menjual bisnis produk konsumen ke Microsoft, melisensikan merek dagang Nokia kepada perusahaan pemanufaktur Foxconn. Dalam kerjasama tersebut, Foxconn memproduksi tablet N1 berdasarkan desain dan standar yang disediakan Nokia.
Bukan hanya sebagai perakit, Foxconn juga berhubungan dengan pemasaran dan penjualan N1. Tetapi, produk ini nampaknya tak mendapat sambutan baik.
Dalam kesepakatan penjualan unit bisnis ponsel dengan Microsoft, Nokia dilarang membuat ponsel pintar hingga 2016. Jelang berakhirnya kesepakatan tersebut, belakangan diketahui Nokia tengah menyiapkan sebuah ponsel pintar untuk bisa bersaing di industri yang membesarkan namanya.
Sementara itu, BlackBerry untuk saat ini akan fokus mengembangkan produknya dalam ruang peranti lunak dan aplikasi manajemen perangkat untuk sistem operasi lain seperti Android dan iOS. Sejauh ini bisnis peranti lunak masih memberi kontribusi terbesar dan masih tumbuh.
BlackBerry mengatakan pendapatan dari peranti lunak dan layanan adalah US$156 juta pada kuartal kedua 2016 yang berakhir pada 31 Agustus, dibandingkan dengan US$105 juta dari bisnis ponsel. Secara keseluruhan pendapatan perusahaan turun menjadi US$ 334 juta dibandingkan US$ 490 juta pada periode yang sama tahun lalu.
(adt/evn)