Vine Masih Bisa Diselamatkan Jika Dijual Twitter

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Rabu, 09 Nov 2016 05:49 WIB
Jika Twitter urung niat mematikan layanan Vine dan memilih menjualnya, Vine tentunya punya kesempatan untuk berkembang.
Logo Vine. (Dok. Vine via Facebook)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan Twitter untuk mematikan layanan video instan Vine memang telah tersebar sejak akhir Oktober lalu. Banyak yang mempertanyakan, mengapa Twitter tidak menjual Vine ke perusahaan potensial saja?

Aplikasi Vine memang menyediakan layanan berbagi konten video berdurasi enam detik saja. Ia telah diakuisisi oleh Twitter sejak 2012, namun pamornya kalah oleh Snapchat dan Instagram.

Kini muncul laporan baru yang menyatakan bahwa Twitter sedang mengevaluasi keputusan perusahaan terhadap nasib Vine.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilaporkan situs TechCrunch, Twitter sedang mempertimbangkan penjualan terhadap Vine dengan harga kurang dari US$10 juta.

Tentu saja jika Twitter betul-betul menjual Vine ketimbang mengakhiri 'hidupnya', aplikasi tersebut akan tetap eksis secara online.

Selain itu, Twitter juga sama saja memberi peluang bagi Vine untuk berevolusi setelah beberapa tahun hidup secara stagnan tak ada peningkatan signifikan.

Sementara itu, siapapun yang tertarik mengakusisi Vine dari Twitter tentunya harus siap menghadapi tantangan rumit tetap bisa mengembangkan produknya.

Vine didirikan oleh tiga serangkai bernama Rus Yusupov, Colin Kroll, dan Dom Hofmann. Mereka menerima tawaran akuisisi dari Twitter sebesar US$30 juta.

Setelah Twitter mengumumkan akan mengakhiri Vine, TechCrunch mewartakan bahwa Yusupov dan Kroll sedang menyiapkan amunisi lain bernama Hype.

Hype sendiri masih berkonsep live broadcast yang memungkinkan pengguna menambah musik dan animasi ke video yang akan mereka publikasikan.

Masih berbentuk Beta, Hype direncanakan akan dirilis pertama kali untuk platform iOS, yang kemudian disusul untuk Android. (hnf)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER