Kecerdasan Buatan Adang Berita Hoax di Facebook

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Senin, 21 Nov 2016 14:41 WIB
Facebook bakal menggunakan artificial intelligence dan pihak ketiga untuk menyaring berita mengandung fakta dan hoax.
Logo Facebook. (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jejaring sosial Facebook belakangan mengaku telah berkomitmen untuk memberantas berita-berita palsu yang beredar di linimasa. Sang pendiri merangkap CEO Mark Zuckerberg pun membeberkan upaya perusahaannya.

Setelah dituduh menjadi dalang dari suksesnya Donald Trump meraih hasil suara pemilu AS beberapa waktu karena banyak berita hoax tersebar di media sosialnya, Facebook langsung beraksi untuk membasminya.

Zuckerberg kemudian menulis dalam pernyataan resminya bahwa perusahaannya bakal mengembangkan deteksi mumpuni melalui sistem teknik Facebook.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya tersebut melingkupi penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan program machine learning bernama Trust Project yakni sebuah metrik yang dikembangkan oleh para akademisi.

Berita yang akan disaring Trust Project tentunya akan diurutkan berdasarkan tingkat akurasi, konsistensi dan reputasi, dan perspektif yang beragam.

Portal berita Fortune mewartakan, Facebook juga akan merangkul pihak ketiga untuk membantu proses verifikasi sumber berita baru.

Sesuai yang dikatakan Zuckerberg bahwa perusahaan memang akan menggunakan bantuan dari organisasi pengecek fakta ternama seperti Politifact.com dan Factcheck.org.

Sebelumnya, Zuckerberg membantah habis-habisan tuduhan keterlibatan sistem algoritma Facebook yang mendorong pemberitaan hoax untuk menguntungkan Trump selama masa kampanye pilpres AS.

Salah satu berita palsu tersebut adalah kabar dukungan Paus Fransiskus kepada Trump yang diyakini mempengaruhi kekalahan Hillary Clinton di hasil akhir pemilihan.

Algoritma Facebook yang dituduh sebagai dalang berita hoax juga disebut telah mengarahkan para pengguna untuk mengonsumsi konten palsu serupa secara terus-menerus.

Hal tersebut tentu saja mengakibatkan pengguna seperti terisolasi untuk mengakses keragaman konten lain demi mengimbangi konsumsi berita yang diinginkan. (hnf/tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER