Jakarta, CNN Indonesia -- Automattic, perusahaan induk situs blog ternama WordPress, menandatangani petisi yang menolak kebijakan pendataan warga Muslim oleh pemerintah Amerika Serikat mendatang. Sikap Automattic ini jadi yang pertama di Silicon Valley yang terang-terangan menolak usulan kebijakan oleh presiden AS terpilih Donald Trump.
Pendiri sekaligus CEO Matt Mullenweg, memimpin langsung penolakan Automattic atas rencana tersebut.
"Saya secara pribadi juga mengatasnamakan seluruh perusahaan Automattic yang terdiri dari WordPress.com, Jetpack, Simplenote, dan WooCommerce," tulis Mullenweg dalam keterangan tertulis seperti yang dikutip dari
The Verge, Kamis (15 /12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mullenweg mengikuti langkah 1.300 individu dan entitas bisnis teknologi yang lebih dulu menandatangani petisi di forum online GitHub. Petisi ini bertujuan mengajak seluruh perusahaan teknologi di Silicon Valley untuk menolak ajakan Trump yang ingin mengawasi gerak-gerik warga Muslim AS.
Dukungan seorang pemimpin eksekutif seperti Mullenweg terhadap petisi ini memperkuat laju protes anggota komunitas Silicon Valley yang menentang rencana Trump.
Pertama kali diluncurkan Selasa (13/12), petisi ini merupakan sikap bersama yang pertama dideklarasikan ke publik.
"...Kami adalah teknisi, desainer, eksekutif bisnis, dan yang bekerja di seputar pengolahan data masyarakat. Kami memilih berdiri bersama Muslim Amerika, imigran, dan semua yang hidupnya terancam oleh kebijakan pengumpulan data oleh pemerintah mendatang," demikian bunyi petisi.
Para pekerja Silicon Valley tersebut menilai rencana pemerintah melanggar konstitusi yang melindungi agama dan kepercayaan rakyat.
"Kami menolak memfasilitasi deportasi massal yang didasari selera pemerintah," pungkas petisi tersebut.
Sebelum Automattic, Twitter sebenarnya sudah menyatakan penolakan terhadap rencana Trump.
Dalam laporan
The Intercept awal Desember ini, Twitter merupakan satu-satunya raksasa teknologi yang menolak kemungkinan Trump menggandeng mereka soal pendataan warga Muslim. Delapan perusahaan lain seperti Facebook, Apple, maupun Google, tidak memberi jawaban.
Namun belakangan Facebook akhirnya merespon kemungkinan tersebut dengan jawaban serupa Twitter.
"Tak ada yang menyuruh kami mendata warga Muslim, dan tentu saja kami tak akan melakukannya," ujar juru bicara Facebook kepada
The Intercept. (evn)