Jakarta, CNN Indonesia -- Meski diklaim memiliki keamanan berkat enkripsi data, nyatanya peretas justru memanfaatkan fitur berbagi data yang belakangan disediakan WhatsApp.
Kemampuan berbagi data berupa dokumen pada layanan pesan instan WhatsApp baru-baru ini justru dimanfaatkan peretas untuk mencuri data sensitif.
Seperti dilaporkan
IBTimes, peretas mengirimkan data dengan format Excel yang sebenarnya telah disusupi malware.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar lebih meyakinkan pengguna untuk membuka data yang dikirim, peretas menyematkan identitas lembaga keamanan asal India seperti Akademi Pertahanan Nasional (NDA) dan Badan Investigasi Nasional (NIA).
Sejumlah data sensitif yang dicuri dari pengguna WhatsApp meliputi informasi perbankan dan data penting lainnya.
Peretas akan meminta penggunanya memasukkan data priadi untuk membuka dokumen yang dikirim. Saat dokumen terbuka, peretas akan menyusup mengakses informasi mengenai data perbankan dan PIN.
Meski tidak menyasar pengguna sistem operasi tertentu, kebanyakan pengguna Android mengaku menjadi korban dokumen palsu tersebut. Pengguna ponsel Android versi lawas dengan harga murah kebanyakan melaporkan menerima dokumen berisi virus.
Sejauh ini kasus penyusupan data melalui WhatsApp hanya ditemui pengguna Android di India.
Pemerintah India diktehaui turun tangan mengeluarkan pemberitahuan mengenai pertahanan dan keamanan berbagi informasi. Serangan ini disinyalir membidik kelompok tertentu dari kalangan militer dan kepolisian.
Hingga saat ini pihak WhatsApp diketahui belum mengambil tindakan pencegahan merebaknya kasus penipuan serupa di negara lain.
(evn)