Rela Rogoh Rp133 Miliar agar Kecerdasan Buatan 'Tidak Jahat'

CNN Indonesia
Kamis, 12 Jan 2017 11:56 WIB
Demi mencegah agar AI tidak berubah menjadi jahat, dua pendiri perusahaan teknologi besar rela merogoh kocek jutaan dolar.
Ilustrasi (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memang semakin gencar dikembangkan agar kian canggih dan memudahkan aktivitas manusia sehari-hari. Dua orang ini rela menyumbang jutaan dolar agar AI berjalan dengan baik tanpa mengubahnya menjadi "jahat".

Perkembangan AI pada dasarnya mendapat perhatian khusus dari astofisikawan kondang Stephen Hawking yang khawatir eksistensinya bisa melampaui kemampuan manusia itu sendiri di masa depan.

Selain Hawking, miliuner Elon Musk yang mendirikan perusahaan antariksa SpaceX juga berpendapat sama. Ia takut apabila mesin dan robot pintar berbasis AI bisa menggantikan peran manusia dan memusnahkan peradaban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketakutan tersebut paling tidak sedang diupayakan oleh sejumlah pihak agar tidak sampai terjadi, tak terkecuali tokoh di industri teknologi itu sendiri.

Pendiri situs eBay Pierre Omidyar dan pendiri LinkedIn Reid Hoffman sepakat mendonasikan masing-masing US$10 juta atau setara Rp133 miliar untuk Ethics and Governance of Artificial Intelligence Fund.

Seperti dikutip dari situs Gizmodo, institusi yang menjadi fondasinya adalah Media Lab dari MIT dan Berkman Klein Center for Internet and Society dari Harvard.


Inisiasi tersebut bertujuan untuk mendukung penelitian yang fokus pada tantangan etis yang berpotensi muncul dari kehadiran AI. Penelitiannya disebut-sebut akan menjadi jembatan antara hard dan soft science.

"Salah satu tantangan paling kritis adalah bagaimana kita memastikan mesin pintar yang kita latih tidak lantas memperkuat prasangka manusia yang bisa mengganggu masyarakat," ucap direktur Media Lab MIT Joi Ito.

Ia melanjutkan, "bagaimana kita menginisiasi diskusi lebih dalam mengenai cara masyarakat turut mengevolusi teknologi ini dan menghubungkan ilmu komputer serta ilmu sosial demi mengembangkan mesin cerdas yang tak hanya 'pintar', tetapi juga bertanggung jawab secara sosial."

Dengan kata lain, penelitian yang disumbang langsung oleh dua pendiri perusahaan teknologi ini ingin mencegah AI agar tidak sampai berubah menjadi jahat.

Dari pernyataan MIT, rencana inisiatif ini akan menggunakan jaringan interdisipliner untuk mengeskplorasi cara AI dimaksimalkan di berbagai bidang umum, dari buruh, edukasi, hingga kriminal dan transportasi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER