Jakarta, CNN Indonesia -- Toyota New Venturer dipesan 50 unit padahal mobil pada segmen Multi Purpose Vehicle (MPV) itu baru saja diluncurkan tiga hari yang lalu, atau Senin (16/1)
Executive General Manager Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan sedikitnya ada 50 unit yang sudah dipesan berdasarkan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) dari beberapa daerah di Indonesia, padahal Venturer sendiri belum secara resmi muncul ke dealer.
"Jadinya yang baru kami dapatkan 50 unit. Itu datang dari konsumen yang belum melihat produknya. Semoga pengiriman berhasil tepat waktu," kata Soerjo di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono menjelaskan untuk tahap awal, setiap bulannya mobil bergaya adventure itu akan diproduksi di Indonesia sebanyak 400 unit, belum termasuk unit produksi ekspor.
"Tahap awal 400 unit, kami volumenya banyak, tapi belum ada," ujar Warih.
Kata dia, angka tersebut belumlah final. Ada kemungkinan TMMIM menambah jumlah volume produksi Venturer untuk setiap bulannya, tergantung dengan hasil evaluasi yang akan dilakukan di tiap tiga bulan sejak pertama diluncurkan.
"Pasti (ditingkatkan). 400 dikali 12 (bulan). Kami evaluasi tiga bulanan," kata dia.
Sementara, untuk produksi Venturer, TMMIN telah mengeluarkan dana sebesar Rp95 miliyar. Namun, investasi hanya kepada tooling dan perlengkapan serta peralatan tidak mencakup pengembangan Venturer.
"95 miliyar itu bukan termasuk development, 95 miliyar itu tooling sama equipment," ujarnya.
Total Investasi MenurunWarih menuturkan, meski demikian nominal investasi di 2017 tidak akan melebihi tahun sebelumnya. Ia memastikan, TMMIN tidak akan menggelontorkan dana sebesar tahun sebelumnya untuk investasi dalam bentuk apapun.
"Belum banyak (tahun 2017). Kami terakhir investasi besar itu tahun lalu, tahun ini tidak ada yang besar," kata dia.
"Sebenarnya kami komitmen sampai tahun lalu, kira-kira total sampai 2014- 2015 itu Rp10 triliun, termasuk Innova baru, Fortuner baru, engine baru," ujar Warih menambahkan.
Begitupun, ia berujar, dalam mengalokasikan dana untuk capex, atau pengeluaran untuk aset seperti bangunan, mesin, peralatan maupun melakukan upgrade fasilitas.
"Ada (capex), tapi tidak bisa disebut, dan tidak besar," kata dia.
(pit)