Toyota Indonesia Belum Berencana Masuk Pasar Australia

Rayhand Purnama | CNN Indonesia
Kamis, 02 Feb 2017 14:48 WIB
Toyota Indonesia masih menghitung-hitung untuk bisa menyesuaikan kendaraan di Australia agar mampu memenuhi kebutuhan pasar mobil negeri kangguru itu.
Nyaris 50 tahun Toyota beroperasi di Australia, namun di 2017 mereka memastikan untuk menutup semua operasi perakitan mobil. (Reuters/Toru Hanai)
Jakarta, CNN Indonesia -- Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengaku belum memiliki rencana melebarkan sayap ekspornya dalam waktu dekat ke Australia, mengingat di awal Oktober Toyota Australia resmi angkat kaki dari negara kangguru.

Wakil Presiden Direktur TMMIN, Warih Andang Tjahjono mengatakan alasan di balik menunda untuk menjadikan Australia sebagai salah satu destinasi ekspor produknya, lantaran ingin lebih dulu memperkuat pasar di tanah air.

"Harus domestiknya kuat dulu bari kami kirim ekspor," kata Warih kepada CNNIndonesia.com, Rabu (1/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warih mengakui, bahwa memang ada kesempatan baik pada Australia dalam hal ekspor. Namun, hal tersebut belum cukup untuk terburu-buru dalam memutuskan Austalia sebagai pasar.

Apalagi, meski memiliki pasar sebanyak 1,2 juta unit pertahun, Indonesia tidak memiliki segmen kendaraan yang diinginkan oleh masyarakat di sana. Yang mana, warga Australia lebih memilih mobil dalam segmen sedan dan doble cabin.

Fokus TMMIN, menurutnya, lebih ingin terlebih dulu mencocokan keinginan warga di Australia dengan produk Indonesia.

"Modelnya cocok tidak sama produk-produk di Indonesia. Kita itu tidak punya. Produk keinginan Australia tidak sesuai dengan produk-produk di Indonesia. Itu yang jadi konsen kami," ujarnya.

Tahun ini nampaknya menjadi awan hitam bagi industri otomotif di Australia. dua produsen otomortif, Toyota dan Holden memilih untuk angkat kaki dari negara tersebut.

Toyota Australia mengeluh perihal dolar negara tersebut yang dianggap tidak memberi keuntungan terhadap perusahaan, serta tingginya biaya produksi dan skala ekonomi yang rendah.

Pamitnya kedua produsen tersebut menambah rentetan panjang atas matinya industri otomotif di negeri kangguru. Ford menjadi yang pertama di 2013 silam. Ford memilih terlebih dulu mematikan lampu pabriknya dan kemudian disusul oleh General Motors (GM).

Sementara, tidak ingin kehilangan peluang tersebut. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyadari akan peluang besar di balik matinya industri otomotif di Australia. Terlebih, Gaikindo sendiri menargetkan pasar ekspor di 2017 dapat tumbuh sebesar tujuh persen.

"Tapi yang kami thau adalah ada pasar besar 1,2 juta (Australia). Cuma bagaimana merebut itu tidak mungkin dari Gaikindo tapi dari APM" kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara.

Kata dia, Indonesia sendiri saat ini masih berkutat terhadap produksi kendaraan di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV), tidak seperti Thailand yang sudah memproduksi kendaraan berjenis 4x4, doble cabin serta sedan, sesuai pasar Australia.

"Misal Thailand bisa ekspor 4x4 atau doble cabin ke negara lain. Kami tau di Australia kebutuhan kendaraan seperti itu kan. Tapi kita tidak punya produksi itu," kata dia. (pit)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER