Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia dikabarkan bakal mengkestradisi Edward Snowden. Ekstradisi itu ditujukan sebagai 'hadiah' kepada pemerintahan Presiden Donald Trump.
Berdasarkan laporan NBC seperti yang dikutip dari The Verge, seorang pejabat AS yang mengintip laporan intelijen menyebut langkah ini sebagai aksi 'cari muka' Rusia ke Trump. Selama masa kampanye Trump menyebut Snowden sebagai pengkhianat yang mesti dieksekusi bila pulang.
Namun kabar tersebut disanggah oleh Ben Wizner, pengacara American Civil Liberty Union (ACLU).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tim Snowden tidak menerima sinyal demikian dan tidak punya alasan kekhawatiran baru," ucap Wizner.
Sanggahan senada dilontarkan juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova. Menurutnya kabar itu sengaja sengaja dihembuskan oleh mantan direktur sementara CIA Michael Morell.
Zakharova sebaliknya justru menyatakan Rusia baru saja memperpanjang izin tinggal Snowden selama dua tahun ke depan.
Snowden mendapat suaka di Rusia sejak Juni 2013. Mantan agen NSA ini kabur dari negaranya setelah membocorkan program pengawasan pemerintah AS ke sejumlah media.
Rusia memberinya suaka selama setahun pada 2013. Setelah itu mereka memperpanjang masa suaka Snowden selama tiga tahun. Ditambah izin dua tahun yang baru diberikan, Snowden dapat tinggal di Rusia sampai 2019.
Snowden sebenarnya tetap mencari negara baru untuk ditinggali. Namun terganjal perjanjian ekstradisi AS dengan banyak negara di dunia.