Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan pendapatan Twitter kembali melemah di kuartal empat 2016. Layanan mikroblogging ini diprediksi akan terus merugi hingga dua tahun ke depan.
Analis pasar Mark Mahaney dari RBC Capital Markets menyebut Twitter terjebak di situasi genting.
"Kami percaya hanya perubahan
user interface yang radikal dan perencanaan matang bisa mengembangkan potensi pengguna inti, tapi langkah itu juga berisiko ditinggal mereka," kata Mahaney seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada laporan keuangan kuartal keempat 2016 yang baru saja dirilis pendapatan Twitter mencapai US$717 juta atau setara Rp9,5 triliun. Namun jumlah itu belum bisa menutupi kerugian kumulatif Twitter sejak 2014 yang hampir Rp20 triliun.
Pada kurun setahun, rugi bersih Twitter merangkak naik jadi US$167,1 juta atau setara Rp2,2 triliun.
Hal yang sama juga terjadi pada nilai saham Twitter yang turun 12,3 persen jadi US$16,41 setelah laporan keuangan itu diterima publik.
Pendapatan tahun 2016 jadi catatan terburuk yang Twitter sejak jadi perusahaan terbuka pada 2013. Mikroblog pimpinan CEO Jack Dorsey ini dinilai tak mampu menarik pengiklan meski punya karakter unik dan pelanggan sensasional seperti Presiden Donald Trump.
Efek Trump NihilNama besar Presiden Donald Trump yang kerap melancarkan manuver politik lewat Twitter secara mengejutkan tak bisa mengangkat performa mereka.
"Bagian paling mengejutkan adalah efek Trump nol. Pertumbuhan mereka justru melambat selama kuarter," ujar analis pasar Michael Pachter.
Trump mulai menjadi fenomena di Twitter setelah bergerilya menghadapi Hillary Clinton selama masa kampanye pemilihan presiden AS. Trump dinilai berhasil mendongkrak popularitasnya berkat kampanye yang efektif di media sosial.
Rata-rata pengguna aktif bulanan Twitter diperkirakan mencapai 319 juta. Namun, rival mereka, Facebook, punya pengguna aktif bulanan sekitar 1,86 miliar.