Antara Jengah dan Segan Left Grup WhatsApp Keluarga

CNN Indonesia
Jumat, 07 Apr 2017 20:14 WIB
Grup WhatsApp keluarga yang dibuat untuk jadi ajang silaturahmi terkadang malah menjadi sumber berkirim postingan tak jelas, antara jengah dan segan.
Ilustrasi logo WhatsApp (CNN Indonesia/)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aplikasi pesan instan seperti WhatsApp mempunyai banyak kesempatan untuk berkomunikasi secara cepat dan murah. Bahkan fitur grup sering dibuat agar satu sama lain bisa saling memberikan informasi, mulai dari grup kerja, kelompok persahabatan masa lalu, hingga grup keluarga.

Soal grup WhatsApp keluarga, ini menarik. Karena biasanya diisi para handai taulan atau kerabat mulai dari yang muda hingga sudah tua atau dituakan. Di sini masalahnya, tak semua 'bahagia' dengan kehadiran grup WhatsApp.

"Awalnya WhatsApp grup keluarga ini senang-senang saja, karena isinya ada Orang tua hingga bude, om , tante atau pakde. Tapi ya begitu, tak semua bertukar informasi soal keluarga saja. Seru sih, tapi lama-kelamaan jadi agak gimana gitu," ujar Wira, tanpa bisa menjelaskan 'agak gimana gitu' yang dimaksud.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wira mengatakan terkadang, khususnya saat Pilkada ini makin banyak postingan di grup WhatsApp keluarga yang berisi antara membela pasangan calon tertentu hingga menyudutkan.

Hal ini yang membuat Wira mulai jengah melihat isi grup di WhatsApp keluarga. Karena postingan yang dikirim tak selamanya benar dan ditelan mentah-mentah.

"Di grup itu lumayan pakde atau om sering ngirim WhatsApp ceramah atau apalah gitu. Share info-info broadcast tak jelas. Ya, asal tidak sampai ribut atau konflik, diem aja. Tidak berani left grup juga, tidak enak,” cerita Sheilla Cininta, ke CNNIndonesia.com.

"Biasa aja sih karena hiburan sendiri buat gue. Di grup keluarga bokap (bapak) gue sampai berantem milih Ahok sama bukan Ahok. Terus pada lomba ngirimin broadcast tentang pemilu, pembelaan masing-masing. Gue kalo left ga enak,” tambahnya.

Sementara pengguna lainnya, Yusuf Adrai juga masih bisa memaklumi share masif yang dikirimkan ke postingan di WhatsApp grup keluarga, karena baginya kehebohan ini hanya bersifat sementara.

"Gue liatnya ini cuma euforia momentum pilkada saja. Paling abis ini sudah adem ayem lagi," tambahnya.

Tak semua menanggap WhatsApp Grup keluarga itu sumber masalah. Seperti Diungkapkan Luh Nyoman yang merasa aplikasi itu menjadi sumber untuk saling mengabarkan bagi yang bertempat tinggal berjauhan.

"Enjoy di grup keluarga inti. Isinya ibu, kakak, adik. Soalnya hubungan mereka dekat dan mereka semua tinggal berjauhan. Ibu, adik di bali, nyoman di Bandung, kakak di Jakarta dan Kuala Lumpur," sebutnya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER