Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga orang mahasiswa asal Institut Teknologi Bandung mengembangkan aplikasi berbasis website yang dapat membantu pengguna internet mengecek informasi yang diperoleh.
Aplikasi yang dinamakan Hoax Analyzer bekerja dengan memanfaatkan teknologi NPL dan Machine Learning. Informasi berupa teks nantinya akan diproses dan diklarifikasi sebagai berita fakta atau hoax.
Mahasiswa yang tergabung dalam tim CIMOL terpilih sebagai salah satu finalis Microsoft Imagine Cup 2017 asal Indonesia. Nantinya tim Cimol akan bersaing dengan finalis lain se-Asia Tenggara pada 23-26 April 2017 di Filipina.
"Kami merasa senang dan bangga dengan keberhasilan tim kami. Merupakan suatu kehormatan bagi kami bisa mewakili Indonesia dalam babak final Asia Tenggara di Manila," ungkap Adinda Budi Kusuma Putra, perwakilan tim Cimol dalam keterangan resmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Adinda menjelaskan aplikasi yang diciptakan bertujuan untuk mengurangi jumlah informasi hoax yang beredar di masyarakat. "Kami berharap temuan ini bermanfaat bagi orang di Indonesia dan seluruh dunia," imbuhnya.
Pada babak final di Indonesia, tim Cimol berhasil mengungguli empat finalis lainnya dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas AMIKOM Yogyakarta.
Berbeda dengan ajang serupa di tahun-tahun sebellumnya, tim Microsoft menyebut kali ini tidak menentukan kategori bagi pesertanya. Hal itu disebut Developer Evangelism and Experience Director, Anthonius Henricus sebagai salah satu bentuk kebebasan dari Microsoft untuk peserta Imagine Cup.
"Seluruh tim yang berpartisipasi menunjukkan kreativitas dan inovasi yang luar biasa. Sekitar 50 persen dari proses penilaian berfokua pada pemanfaatan teknologi dan pengembangan aplikasi, khususnya teknologi komputasi awan, Azure," imbuh Anthonius.
Sebagai pemenang yang terpilih mewakili Indonesia, tim Cimol memiliki kesempatan memperebutkan tiket ke World Final Microsoft Imagine Cup 2017 di Seattle, AS pada Juli nanti. Selain itu mereka juga mendapatkan uang tunai Rp 1,3 miliar dan layanan Microsoft Azure senilai Rp 1,6 miliar.